Minggu, 20 Juli 2008

PEMBENIHAN ABALONE (haliotis asinina)

PENDAHULUAN

Abalone (Haliotis sp.), merupakan komoditas yang belum banyak dibudidayakan. Selama ini untuk memenuhi permintaan pasar, hanya mengandalkan kegiatan penangkapan yang sangat beresiko terhadap kelestariannya, karena tidak memperhitungkan ukuran dan kuota penangkapan.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan, Loka Budidaya Laut Lombok mengemban amanah untuk menyebarluaskan hasil-hasil perekayasaan, termasuk perekayasaan pemijahan dan pembesaran Abalone. Dan sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat, tim pembenihan abalone Balai Budidaya Laut Lombok membuat prosedur kerja teknik pembenihan abalone.

PROSEDUR KERJA
A. Persiapan Laboratorium
Persiapan laboratorium dilakukan untuk mempersiapkan laboratorium /hatchery abalone sehingga memudahkan pada saat akan dilakukannya kegiatan. Persiapan yang telah dilakukan antara lain adalah:
1. Pengaturan ruangan; Beberapa ruangan yang ada di dalam laboratorium akan diatur menurut fungsinya masing-masing yaitu ruang gudang, ruang staf, ruang pemeliharaan induk dan larva, ruang pemijahan dan ruang kultur diatom.
2. Setting sistem aerasi; Perbaikan dan pemasangan instalasi airasi yang diharapkan akan mensuplai udara secara proporsional kedalam wadah-wadah yang digunakan untuk kegiatan manajemen induk, pemijahan dan pemeliharaan larva.
3. Persiapan wadah; Wadah-wadah yang dipersiapkan antara lain adalah: bak tandon air laut, bak beton vol 2 ton untuk pemeliharaan induk, akuarium volume 200 liter (2 buah) yang digunakan sebagai wadah kultur Isochrysis, dan Nitzchia sp. akuarium vol 100 untuk pemijahan dan pemeliharaan larva.

B. Pemeliharaan Induk abalone

1. Persiapan wadah
Sebelum melakukan pemeliharaan induk, terlebih dahulu mempersiapkan wadah yang berupa bak beton kapasitas dua ton (2x1x1) m3 antara lain: Volume air yang digunakan air air sebanyak 1 ton sehingga ketinggian air / media pemeliharaan induk adalah 50 cm, pemasangan shelter / tempat berlindung induk, pemasangan sistem airasi yang kuat dan merata, pemasangan sistem sirkulasi air 24 jam (minimal penggatian air 100% / hari).

2. Seleksi Calon Induk di Lokasi Penangkapan
Induk yang dipelihara berasal dari hasil tangkapan yang dilakukan oleh masyarakat. Untuk memilih induk hasil tangkapan ini, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Sehat; Gerakan lincah, menempel dengan keras, warna badan tidak pucat
- Tidak cacat/luka; Cangkang sempurna (tidak pecah), badan/daging utuh tidak tergores
- Ukuran cangkang; Minimal 3 cm., maksimal 5 cm.

3. Seleksi Induk di Laboratorium/Hatchery
Seleksi induk dilakukan untuk mempermudah kegiatan pemeliharaan induk dan pemijahan. Beberapa langkah yang dilakukan dalam kegiatan seleksi ini adalah:
a. Pemisahan berdasarkan jenis kelamin; dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Jantan, dengan warna gonad ekrem/gading
2) Betina dengan warna gonade biru/biru kehijauan
b. Pemisahan berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad; dengan kriteria sebagai berikut:
1) Tingkat Persiapan : isi gonad 0 – 50%.
2) Tingkat Intensif : isi gonad 50% – 75%.
3) Tingkat Pemijahan: isi gonad ≥ 75%.

4. Pemberian aerasi dan shelter dalam bak pemeliharaan induk
Aerasi diberikan sampai dasar dan kuat, shelter untuk tempat berlindung induk terbuat dari pecahan/potongan pipa PVC dengan diameter > 2”.
5. Pergantian dan sirkulasi air
Pergantian air secara total dilakukan setiap hari dan dilanjutkan dengan sirkulasi air apabila suplai memungkinkan.
6. Pemberian pakan
Pemberian pakan berupa alga (Gracillaria sp. dan Hypnea sp.) dengan dosis 25% TBW / hari.
7. Penyiphonan
Penyiphonan dasar bak setiap 2 hari sekali untuk membuang kotoran dan sisa pakan yang busuk.
8. Pencucian Bak
Pencucian bak 1 kali seminggu untuk mencegah permukaan bak ditumbuhi teritip dan memutus siklus hidup hewan penggangu seperti kepiting.
9. Pengamatan dan sampling induk
Pengamatan induk dilakukan setiap hari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi induk secara keseluruhan.
10. Seleksi Induk Matang Gonade
Seleksi induk matang gonad sekali satu bulan setiap 2 atau 3 hari sebelum bulan purnama. Induk yang matang gonad akan diambil dan dipelihara secara lebih intensif dalam wadah yang lain untuk persiapan pemijahan.

B. Kultur Diatomae
Kultur diatom adalah suatu kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka menyediakan diatom dalam jumlah yang memadai untuk pakan larva/juvenil abalone. Kegiatan ini dilakukan didalam laboratorium / hatchery abalone dengan spesis yang sudah ditentukan yaitu Nitzchia sp. dan Isochrysis sp. Wadah yang digunakan adalah akuarium vol 100 –200 liter yang akan dilengkapi dengan rearing plate dan penerangan lampu neon 40 Watt.

C. Prosedur Pemijahan Abalone
Pemijahan akan dilakukan sebulan sekali pada saat bulan purnama dengan menggunakan wadah berupa akuarium volume 100 liter yang sudah dilengkapi dengan sistem airasi dan penutup (cover) dari waring. Langkah langkah dilakukan dalam kegiatan pemijahan adalah:
1. Penggunaan media pemijahan berupa air laut yang telah disaring;
2. Penggabungan induk matang gonad hasil seleksi yaitu induk dengan gonad 75% atau lebih yang terisi sperma/telur. Perbandingan berdasarkan jenis kelamin yang akan digunakan dalam satu wadah pemijahan adalah 1 ekor jantan untuk 3-4 ekor betina.
3. Penggelapan ruangan pada malam hari dan pengamatan proses pemijahan yang akan dilakukan setiap malam sejak penggabungan induk sampai dengan terjadinya pemijahan.
4. Pemindahan/panen telur dilakukan dengan cara penyiphonan untuk kemudian dipindahkan kedalam wadah penetasan sekaligus pemeliharaan larva.

D. Prosedur Penanganan Larva Abalone
Pemeliharaan larva dimulai dari kegiatan pengumpulan/pengambilan trochopora abalone. Trocophora diambil 5-6 jam setelah pemijahan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Airasi pada media pemijahan dimatikan untuk mengendapkan telur yang tidak terbuahi sehingga trocophora abalone akan mengapung dan mudah untuk dikoleksi. Pengambilan trocophora abalone dilakukan dengan mengalirkan bagian atas media pemijahan menggunakan selang plastik  ½ cm, media yang dipenuhi trocophora itu ditampung dalam bak penampungan yang dilengkapi net 100m.
b. Trocophora yang terkumpul dalam plankton net dipindahkan kedalam rearing tank yang dilengkapi dengan sistem sirkulasi dengan diberi airasi sampai pada stadia veliger.
c. Media larva rearing dilengkapi dengan rearing plate yang sudah ditumbuhi bentik mikro alga.
d. Airasi diberikan secara halus dan merata untuk memberi kesempatan menempel pada larva.
e. Pakan yang diberikan adalah Isochrysis sp dan Nitszchia sp, dan mulai diberikan pada saat larva mencapai umur D5 .
f. Pemeliharaan D1 – D10 kondisi air akan dibiarkan statis dan diberi airasi yang lemah pada saat larva mencapai umur;

PENUTUP

Keberhasilan dalam kegiatan pembenihan Abalone memerlukan keahlian khusus yang didapat dari pengalaman eksperimental. Oleh karena perlu untuk di susun metode kerja proses pembenihan Abalone, sehingga dapat mengembangkannya di kemudian hari.
Mudah-mudahan metode kerja proses pembenihan abalone ini dapat diserap oleh masyarakat luas dan diaplikasikan untuk peningkatan pendapatan masyarakat.

3 komentar:

Aziz mengatakan...

Assalamu'alaikum
Mas Kesit ini Aziz dari mahasiswa perikanan brawijaya, mas bisa minta kultur nitzchia sp-nya, atau boleh tau nomor HP njenengan, kader HMI
Sekian
Wassalamu'alaikum

K 351 T mengatakan...

hubungi email aza ya.. kesit_tisna@yahoo.co.id

alis_mukhlis mengatakan...

Bos... Sy butuh literatur tntg abalone... Msh di BBAT?