Minggu, 20 Desember 2009

PAKAN IKAN MAS DAN TEKNOLOGI PEMBUATAN PELET BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL

I. PENDAHULUAN

Ikan mas termasuk kelompok ikan pemakan segala jenis makanan (omnivore), pada masa mudanya memakan zooplankton dan setelah tumbuh lebih besar ikan mas mulai berkelakuan sebagai ikan pemakan. Jasad-jasad air yang hidup didasar perairan (bentos) seperti larva chironomus, cacing oligochaeta, tubifex, dan berbagai jenis moluska. Larva ikan mas ini mulai kehabisan kuning telor setelah berumur 2-4 hari. Ikan mas juga sangat responsive dengan pakan buatan dengan kadar protein 25-30%
Mencari alternatif pakan murah, tanpa mengesampingkan kualitas dan kuantitas akan semakin jauh dari para petani, sejalan dengan melambungnya harga dasar semua bahan baku pakan, sementara para pembudidaya ikan harus berhadapan dengan biaya operasional pakan yang sangat besar yaitu sekitar 60-70% (Yanuartin, C. 2004), oleh karena itu upaya yang harus dilakukan adalah bagaimana mencarikan jalan keluarnya.

II. PAKAN
Pakan memiliki peranan penting sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan perkembangbiakan. Oleh sebab itu nutrisi yang terkandung dalam pakan harus benar-benar terkontrol dan memenuhi kebutuhan dari ikan tersebut.
Pemberian pakan yang sesuai akan menghindarkan ikan dari berbagai serangan penyakit, kususnya penyakit nutrisi. Penyakit nutrisi ini biasanya menyerang ikan yang hanya diberi pakan sembarangan tanpa memperhitungkan nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan pemberian pakan dengan kadar lemak tinggi juga menyebabkan difisiensi thiamin (Vitamin B1).
Penyakit nutrisi dapat dihindari dengan pemberian kombinasi pakan alami dan pakan buatan dengan komposisi yang lengkap.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah kualitas pakan yang diberikan. Pakan yang sudah busuk atau pakan buatan yang kadaluarsa (tengik/berjamur) dapat menyebabkan ikan menjadi sakit.

Mengapa nutrisi harus lengkap????
Penyakit nutrisi
1) Kekurangan vitamin
Kekurangan vitamin dapat mengakibatkan kelainan pada bentuk tubuh dan fungsi organ pada ikan. Lebih lanjut hal ini mengakibatkan lambatnya pertumbuhan dan rendahnya sintasan sehingga sangat merugikan pembudidaya. Kekurangan vitamin ini juga menyebabkan ikan rentan terhadap serangan penyakit bakterial dan jamur yang dapat mengakibatkan kerugian yang lebih besar lagi.

2) Kekurangan protein
Kekurangan protein berarti kekurangan asam amino yang merupakan zat yang diperlukan untuk ketahanan tubuh, sehingga kekurangan protein menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit infeksi.

3) Kekurangan asam lemak essensial
Kekurangan asam lemak essensial menyebabkan perubahan warna dan erosi pada sirip serta masuknya lemak kedalam hati. Hal ini menebabkan lemahnya pertahanan tubuh ikan dan lambatnya pertumbuhan.

4) Lipoid liver degeneration
Penyakit ini disebut juga lipodosis. Menyebabkan pembengkakan pada hati dan kekurangan darah. Pertumbuhan ikan menjadi lambat dan sintasannya rendah. Penyakit ini disebabkan oleh pemberian pakan yang lemaknya sudah rusak.
Penyakit nutrisi dapat dihindari dengan pemberian kombinasi pakan alami dan pakan buatan dengan komposisi yang lengkap.



III. JENIS-JENIS DAN CARA PEMBUATAN PAKAN IKAN MAS

1. Pakan Buatan

Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pakanpemberian pakan buatan. Pakan yang berkualitas baik mengadung zat-zat makanan yang cukup yaitu: protein yang mengandung sam amino esensial, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Masing-masing ikan mempunyai kebutuhan optimal protein yang berbeda-beda, misalnya untuk daerah tropis, benih ukuran kebul dan putihan memerlukan protein sekitar 50%, ukuran jari (gelondongan) memerlukan protein 40%, dan ikan yang berukuran lebih besar memerlukan protein antara 30 – 35%. Karbohidrat dalam pakan kira-kira 30%. Adapun bentuk dan ukuran pakan setiap ikan memiliki ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan bukaan mulut dari ikan tersebut. Adapun beberapa bentuk pakan yang dikenal antara lain emulsi, tepung, remah dan pellet.

a. Emulsi
emulsi merupakan bentuk pakan tambahan untuk benih umur 5 – 21 hari. Bahan dari pakan ini terbuat dari kuning telur ayam dan tepung kedelai dengan perbandingan 1 : 1 serta ditambah vitamin 1% (vitamin bisa dibeli di apotek)
cara pembuatan
larutkan kuning telur ayam rebus dalam 200 ml air matang yang ditambah dengan 40 g tepung kedelai halus, 5 g tepung sagu (sebagai perekat ), dan 1 g vitamin.campuran bahan-bahan tersebut di atas diaduk rata sambil di panaskan sampai terbentuk emulsi. Pakan buatan itu cukup untuk benih seberat kira-kira 1 kg yang diberikan 6-8 kali sehari selama kira-kira 5 hari.pakan ini di berikan dengan cara disemprotkan merata di atas permukaan air.
Pakan berbentuk emulsi tidak boleh disimpan di udara terbuka lebih dari 10 jam. Sebaiknya emulsi ini di simpan dalam lemari es atau dengan membuatnya setiap akan memberi pakan.

b. Tepung Dan Remah
tepung merupakan pakan tambahan benih ikan yang berumur antara 21-80 hari.jenis pakan buatan ini terdiri dari tepung halus untulk benih yang berumur 40-80 hari.pakan buatan yang berupa tepung ini terbuat dari pellet yang di giling halus dan di ayak.benih yang berumur antar 80-120 hari tidak di beri pakan berupa tepung lagi tetapi berupa remah.pemah merupakan pecahan pellet kering.

c. Pellet
pellet adalah pakan tambahan yang di cetak dalam bentuk butiran sebesar pil dan diberikan untuk ikan dalam tahap pembesaran formulasi pellet ada bermacam-macam tergantung dari bahan dasarnya berikut ini adalah salah satu contoh formulasi pellet.
Tepung ikan……………..50%
Tepung kedelai……………30%
Tepung terigu……………..13%
Kuning telur……………….5%
Premix……………………..2%

B. Kultur Masal Pakan Alami
Kultur masal pakan alami adalah upaya membudidayakan plankton sebagai pakan alami ikan dalam jumlah dan tempat yang banyak. Kultur pakan alami ikan sangat penting untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan benih ikan,terutama benih ikan ukuran lepas hapa (kebul). Kultur pakan alami dapat dilakukan dengan pemupukan.akan tetapi dengan cara ini akan tumbuh penyakit yang dapat menyerang benih ikan tersebut.jadi perlu pemupukan denganjenis dan dosis pupuk yang tepat.cara lain adalah dengan menanami benih planktontertentu agar hanya satu macam atau jenis plankton saja yang dapat tumbuh.
Beberapa jenis plankton (zooplankton) yang umumdibutuhkan benih ikan antara lain sebagai berikut.

1. ROTIFERA
Kultur Rotifera dapat dilakuakn di bak beton atau bak tanah yang sumber airnya mengandung Rotifera. sebagai sumber air dapat menggunakan air sungai,air kolam,atau air yang diinokulasi denagan Rotifera. Air yang masuk ke dalam bak atau kolam harus di saring terlebih dahulu,terutama untuk menghindari adanya ikan atau serangga air yang dapat masuk ke dalam kolam atau bak.
Bak atau kolam di keringkan terlebih dahulu selama 2-3 hari kemudian diisi air dan di lakukan pengapuran sebanyak 100 g/m2.
Pengapuran ini bertujuan untuk memberantas ikan,predator,atau hama yang hidup di dalam bak atau kolam dan untuk menaikkan pH. Setelah itu dilakuakn pemupukan kotoran ayam kering sebanyak 1 kg/m2.
Kemudian bak atau kolamdiisi air dengan kedalaman 0,5 m.permukaan air di semprot dengan Sumithion sebanyak 6-8 ppm untuk memberantas Cladocera agar tidak mengganggu pertumbuhan Rotifera.
Panen Rotifera dapat di lakukan setelah 5-6 hari pemeliharaan dengan pengambilan contoh air dan di saring dengan plankton Net Muller No.25
Dengan cara tersebut dapat dilakukan panen Rotifera pada hari ke 5-12 dari saat setelah pemupukan berlangsung.

2. MOINA
Kultur moina sebaiknya dilakukan di wadah yang di letakkan di bawah atap yang transparan,misalnya atap plastik,untuk menghindari sinar matahari langsung dan curah hujan.
Wadah atau tempat yang telah diisi air sumur dengan kedalaman 40-60 cm.di pu[pukdengan kotoran ayam kering (tanpa sekam)
Sebnyak 1 kg/m2.selain itu ,kedalam media kultur tersebut di gantungkan kantong terilin atau karung yang berisi bungkil kedelai sebanyak 200g/m3.
Bibit Moina di tanam sehari setelah pemupukan awal sebanyak 2 g/m3
Bibit Moina ditanam sehari setelah pemupukan awal sebanyak 2 g/m3.bibit moina dipilih yang berwarna merah dan berukuran besar.
Pemupukan ulang dilakukan 4 hari setelah pemupukan awal sebanyak 0,25 dosis atau 250 g kotoran ayam kering dan 50 g bungkil kedelai.
Pemanenan dapat di lakukan antara 7-9 hari setelah pemupukan awal dwngan serokan dari kain terilin.
Untuk mendapatkan Moina setiap hari dapat di pakai 6 wadah dengan pelaksanaan kultur secara bergilir, yaitu 2 hari sekali.dengan cara tersebut dapat menghasilkan Moina 150-400 g/m3/hari.


3. Daphnia

Daphinia cepat di kultur di tempat trbuka. Untuk wadah kultur dapat digunakan bak atau konteiner. Bak atau konteiner diisi dengan air sumur lalu dipupuk dengan kotoran ayam kering tanpa sekam sebanyak 1,5 kg/m3. Kotoran ayam tersebut dimasukkan kedalam kantong terilin atau karung dan digantung dalm media kultur.
Sehari setelah pemupukan awal, bibit daphnia ditebar sebanyak 5 g/m3. pamupukan ulang dilakukan antara 7-14 harisetelah pemupukan awalsebanyak 0,5 dosis (750 g/m3).
Pemupukan dilakukan 21hari setelh pemupukan awal dan dilakukan setiap hari selama sebulan. Dalam sehari pemenenan dapat dihasilkan Daphnia sebanak 25 g/m3. Dengan cara ini dapat dihasilkan kira-kira 30 kg dalam kurun waktu sebulan.
4. Cacing Tubifek
Bentuk tubuh cacing ini menyerupai rambut dengan panjang badan antara 1-3cm dengan tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas ruas. Cacing ini hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya bahan organik. Cacing ini meiliki 57% protein dan 13% lemak dalam tubuhnya.
Cacing sutra merupakan hewan hermaprodit yang berkembang biak lewat telur secara eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah menjadi dua sebelum menetas.
Bahan organik yang baik untuk digunakan oleh cacing sutra adalah campuran antara kotoran ayam, dedak (bekatul) dan lumpur.
1. Persiapan Bibit
Bibit bisa dibeli dari toko ikan hias atau diambil dari alam
Note : Sebaiknya bibit cacing di karantina dahulu karena ditakutkan membawa bakteri patogen.
2. Persiapan Media
Media perkembangan dibuat sebagai kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Tiap tiap kubangan dibuat petakan petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm
20 cm x 20 cm 20 cm x 20 cm
20 cm x 20 cm 20 cm x 20 cm
20 cm x 20 cm 20 cm x 20 cm
20 cm x 20 cm 20 cm x 20 cm
1 M x 2M
3. Pemupukan
Lahan di pupuk dengan dekak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/M2.
4. Fermentasi
Lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.
5. Penebaran Bibit
Selama Proses Budidaya lahan dialiri air dengan debit 2 – 5 Liter / detik
6. Pemanenan
Cacing Bisa dipanen setelah 8 – 10 hari.




IV. PEMBUATAN PELET BARBASIS BAHAN BAKU LOKAL

Maggot dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan sumber protein. Nilai protein maggot bervariasi tergantung ukuran maggot dan media pemeliharaannya. Maggot kecil bisa mencapai lebih dari 50%, namun secara umum kandungan protein maggot sebesar 40%. Kandungan protein cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan protein pakan untuk ikan.
Komposisi:

II. BAHAN DAN METODA
Bahan
Bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut : bahan pakan terdiri dari tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, dedak, tapioka, minyak ikan, minyak jagung, vitamin mix, vitamin E dan C, mineral mix, Posfor, mineral Zn dan Mn.

Alat
Peralatan berupa mesin pakan : disc mill, mixer, peletting, dryer dan peralatan packaging pakan.

1. Formula Pakan
- Semua bahan dibuat tepung halus dan diayak agar yang kasarnya tidak ikut masuk
- Bahan pakan ditimbang sesuai dengan formula, dicampur dengan mengguanakan mesin mixer dan dicetak menggunakan mesin pencetak pelet.
- Pakan yang sudah berbentuk pelet ditiriskan dan dikemas dalam wadah yang kedap air
- Untuk melihat kandungan proksimat pelet diambil sampel pakan dari setiap proses pencetakan.





FORMULASI PAKAN


PELET BASAH

FORMULA 1 (FORMULASI ALTERNATIF)

BAHAN Komposisi yang diberikan Kandungan Protein dalam bahan baku Kandungan Protein dalam formulasi
1. Ikan Rucah 20 % x 40% = 8%
2. Maggot 20 % x 40% = 8%
3. Tepung Ikan 20 % x 52% = 10,4%
4. Tapioka 20 % x 14% = 2,8%
5. Dedak 20 % x 12% = 2,4%
31,6%


Komposisi Pakan Berbasis Maggot

1. Maggot Mill 55 %
2. Tepung Ikan Import 13 %
3. Tepung kedelai 13 %
4. Tapioka 10 %
5. Minyak Ikan 2 %
6. Vitamin+Mineral 5 %
7. Vitamin C 50 gram
8. Vitamin E 50 gram
9. Vitamin B1 15 gram
10.Vitamin B6 15 gram
11. Dicalsium Phospat 2 %
12. Asam sitrat 2 %
13. Minyak Sayur 2 %




1. Tepung Ikan 30 %
2. Tepung kedelai 30 %
3. Tapioka 15 %
4. Vitamin mix 1 %
5. Mineral mix 2 %
6. Minyak Sawit 5 %
Komposisi Pakan Tanpa Maggot







Rumus Perhitungan Bahan Pakan

Untuk 10 Kg Pakan Dengan Kandungan Protein 30,62 %
diperlukan
Tepung ikan 27/100 X 10 = 2,7 Kg
Tepung kedelai 27/100 X 10 = 2,7 Kg
Tepung tapioka 10/100 X 10 = 1,0 Kg
Dedak halus 32/100 X 10 = 3,2 Kg
Minyak ikan 1/100 X 10 = 0,1 Kg
Minyak jagung 1/100 X 10 = 0,1 Kg
vitamin/mineral 1/100 X 10 = 0,1 Kg
mineral mix 1/100 X 10 = 0,1 Kg


KETERANGAN
Protein = (Amount/100)X Kadar protein bahan
Fat = (Amount/100)X Kadar Fat bahan
Fiber = (Amount/100)X Kadar Fiber bahan
Ash = (Amount/100)X Kadar Ash bahan
Carbohydrate = (Amount/100)X Kadar Carbohydrate bahan
Cost = (Amount/100)X Kadar Cost bahan

Selasa, 01 Desember 2009

TEHNOLOGI PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF

1. SEJARAH SINGKAT

Di Indonesia belum ada jenis-jenis usaha yang menghasilkan bibit pakan ikan alami dari hasil kultur murni. Bibit-bibit pakan ikan alami umumnya merupakan hasil percobaan di laboratorium yang sifatnya sekedar untuk memenuhi kebutuhan penelitian. Dalam bidang produksi pakan ikan alami, masih terdapat kesenjangan yang cukup tajam dalam hal ketersediaan teknologi dengan penggunanya, khususnya petani ikan. Bagi masyarakat awam tidak mudah untuk memproduksi pakan ikan alami, tetapi juga bukan merupakan pekerjaan yang sulit. Persoalannya terletak pada sarana dan prasarana yang tergolong cukup mahal untuk ukuran ekonomi pedesaan dan dalam pengoperasiannya memerlukan keahlian khusus.

2. SENTRA PERIKANAN

Selama ini produksi pakan ikan alami dilakukan oleh pengusaha pembenihan ikan/udang dalam satu unit pembenihan, atau oleh Balai Budidaya milik Pemerintah. Sementara ini sentra produksi pakan ikan buatan berada di Jawa.

3. JENIS

  1. Pakan Alami
    Jenis-jenis makanan alami yang dimakan ikan sangat beragam, tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Beberapa jenis pakan alami yang dibudidayakan adalah : (a) Chlorella; (b) Tetraselmis; (c) Dunaliella; (d) Diatomae; (e) Spirulina; (f) Brachionus; (g) Artemia; (h) Infusoria; (i) Kutu Air; (j) Jentik-jentik Nyamuk; (k) Cacing Tubifex/Cacing Rambut; dan (l) Ulat Hongkong
  2. Pakan Buatan
    Bentuk pakan buatan ditentukan oleh kebiasaan makan ikan.
    1. Larutan, digunakan sebagai pakan burayak ikan dan udang (berumur 2-30 hari). Larutan ada 2 macam, yaitu : (1) Emulsi, bahan yang terlarut menyatu dengan air pelarutnya; (2) Suspensi, bahan yang terlarut tidak menyatu dengan air pelarutnya.
    2. Tepung halus, digunakan sebagai pakan benih (berumur 20-40 hari). Tepung halus diperoleh dari remah yang dihancurkan.
    3. Tepung kasar, digunakan sebagai pakan benih gelondongan (berumur 40-80 hari). Tepung kasar juga diperoleh dari remah yang dihancurkan.
    4. Remah, digunakan sebagai pakan gelondongan besar/ikan tanggung (berumur 80-120 hari). Remah berasal dari pellet yang dihancurkan menjadi butiran kasar.
    5. Pellet, digunakan sebagai pakan ikan dewasa yang sudah mempunyai berat > 60-75 gram dan berumur > 120 hari.
    6. Waver, berasal dari emulsi yang dihamparkan di atas alas aluminium atau seng dan dkeringkan, kemudian diremas- remas.

4. MANFAAT

  1. Sebagai bahan pakan ikan, udang, atau hasil perikanan lainnya, baik dalam bentuk bibit maupun dewasa.
  2. Phytoplankton juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami pada budidaya zooplankton.
  3. Ulat Hongkong dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan hias, yang dapat mencermelangkan kulitnya.
  4. Pakan buatan dapat melengkapi keberadaan pakan alami, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas.

5. PERSYARATAN LOKASI

  1. Chlorella: salinitas 0-35 ppt dan yang optimal pada 10-20 ppt, kisaran suhu optimal 25-30°C dan maksimum pada 40 ° C.
  2. Tetraselmis: salinitas 15-36 ppt dan kisaran suhu 15-35 °C.
  3. Dunaliella: salinitas optimum 18-22 % NaCl, untuk produksi carotenoid > 27% NaCl, dan masih bertahan pada 31% NaCl; suhu optimal 20-40 ° C, pH optimal 9 dan bertahan pada pH 11.
  4. Diatomae: suhu optimal 21-28 ° C dan intensitas cahaya 1000 luks.
  5. Spirulina: pH optimal 7,2-9,5 dan maksimal 11; suhu optimal 25-35 ° C; tahan kadar garam tinggi, yaitu sampai dengan 85 gram /liter.
  6. Brachionus: suhu optimal untuk pertumbuhan dan reproduksi adalah 22-30 ° C; salinitas optimal 10-35 ppt, yang betina dapat tahan sampai 98 ppt; kisaran pH antara 5-10 dengan pH optimal 7,5-8.
  7. Artemia: kisaran suhu 25-30 ° C dan untuk Artemia kering -273-100 ° C; kadar garam optimal 30-50 ppt, untuk menghasilkan kista: 100 permil; kandungan O2 optimal adalah >3 mg/liter dengan kisaran 1 mg/liter sampai tingkat kejenuhannya 100 %; pH optimal adalah 7,5-8,5 dan kadar amonia yang baik <>
  8. Kutu Air: suhu optimal 22-31 ° C, dan pH optimal 6,6-7,4.
  9. Cacing Tubifex: cacing tubifex menyukai perairan yang berlumpur dan banyak mengandung bahan organik.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Bibit

  1. Tahapan dalam kultur Phytoplankton sebelum dibudidayakan :
    1. Koleksi
      Bertujuan untuk mendapatkan satu/beberapa jenis phytoplankton dari alam untuk dikultur secara murni. Koleksi diperoleh dari alam dengan menggunakan plankton net dan dijaga tetap hidup sampai di laboratorium.
    2. Isolasi
      Dapat dilakukan dengan cara:
      1. Metode Isolasi secara Biologis, dengan menggunakan pengaruh sifat phototaksis organisme yang akan diisolasi;
      2. Metode Isolasi Pengenceran Berseri, digunakan bila jumlah jenis organisme banyak dan ada spesies dominan, memindahkan sampel ke dalam beberapa tabung reaksi yang dikondisikan untuk pertumbuhan yang akan diisolasi;
      3. Metode Isolasi pengulangan Sub Kultur, hampir sama dengan Metode Isolasi Pengenceran Berseri, tapi jumlah dan jenis organisme yang terkumpul sedikit;
      4. Metode Isolasi Pipet Kapiler, dimana sampel 10-15 tetes diteteskan di tengah cawan petri, dan sekelilingnya ditetesi 6-8 tetes medium; dan
      5. Metode Isolasi Goresan, untuk mengisolasi phytoplankton tunggal dengan menggunakan media agar-agar.
  2. Infusoria
    1. Bibit diambil dari alam menggunakan pipet panjang dan berujung halus, selanjutnya diperiksa di mikroskop.
    2. Penangkaran bibit dapat menggunakan media air rebusan 70 gram jerami dalam air suling selama 15 menit. Setelah dingin, disaring dan diencerkan sampai volumenya 1,5 liter.
    3. Media yang dapat digunakan selain jerami adalah kacang panjang, kacang hijau, dan daun selada.
    4. Ambil 10 ml medium dan diencerkan dalam cawan petri yang ditutup kain sutra dan disimpan di tempat gelap pada suhu 28 ° C selama 1-2 minggu.
  3. Brachionus
    1. Bibit diambil dari alam.
    2. Air medium yang digunakan adalah air rebusan kotoran kuda/pupuk kandang lainnya, yaitu 800 ml kotoran kering dalam 1 liter air selama 1 jam. Setelah dingin, disaring dan diencerkan dengan air hujan yang telah direbus dengan perbandingan 1 : 2.
    3. Air medium dimasukkan dalam botol 1 galon dan ditulari bibit Protozoa dan ganggang renik sebagai makanan Brachionus selama 7 hari. 1-2 minggu kemudian Brachionus akan tumbuh.
    4. Cara lain adalah menularkan bibit ke dalam medium air hijau yang berisi phytoplankton.
  4. Kutu Air
    1. Bibit dapat diperoleh dari panti pembenihan udang/ikan, Balai Budidaya Air Tawar milik pemerintah.
    2. Penangkaran bibit dari alam dilakukan dengan cara memberi pupuk pada media dengan pupuk kandang 1-2 kali seminggu sebanyak 0,2 kg/m
  5. Artemia
    1. Bibit dapat berasal dari telur kering yang sudah dikalengkan. Dalam hal ini dapat berhubungan dengan Dinas Perikanan Daerah setempat, Direktorat Jendral Perikanan Jakarta, atau Balai Budidaya Air Payau Jepara (Jawa Tengah). Di Jakarta sudah ada badan usaha yang melayani kebutuhan telur Artemia, yaitu PT. Ulam Dedana, Jl. Hayam Wuruk no. 4-PX, telepon 352922-357563.
    2. Penetasan telur Artemia dilakukan di wadah bening dengan dasar berbentuk kerucut, dengan ukuran 3-75 liter. Wadah dapat dibuat sendiri dari kantong plastik 3-5 liter, yang dilapisi dengan kertas plastik kaca dan disetrika untuk melekatkannya.
    3. Air media diperoleh dari pengenceran air laut (30 permil) sampai kadar garamnya 5 permil dan ditambahi NaHCO3 2 gram/liter agar pH-nya 8-9.
    4. Atau air tiruan (kadar garam 5 permil) yang dapat dibuat dari beberapa bahan kimia, yaitu :
      • Garam dapur NaCl = 5 gram
      • Magnesium sulfat MgSO4 = 1,3 gram
      • Magnesium klorida MgCl2 = 1 gram
      • Kalsium klorida CaCl2 = 0,3 gram
      • Kalium klorida KCl = 0,2 gram
      • Natrium hidrokarbonat NaHCO3 = 2 gram
      • Air tawar = dijadikan 1 liter MgSO4, KCl, NAHCO3 dilarutkan dalam air panas secara terpisah sebelum digunakan.
    1. Telur-telur yang akan ditetaskan direndam dalam air tawar selama 1 jam, kemudian disaring dengan kain saringan 125 mikron, sambil disemprot air, dan ditiriskan.
    2. Kondisi yang mendukung penetasan telur, yaitu : suhu 25-30 ° C, kadar O2 > 2 mg/liter ,penyinaran dengan lampu neon dengan kekuatan cahaya 1000 luks (60 watt 2 buah sejauh 20 cm dari dinding wadah).
    3. Telur menetas menjadi nauplius setelah 24-36 jam, dan harus ditangkap paling lambat 24 jam sejak menetas. Anak Artemia disedot dengan slang plastik kecil dan ditampung dengan saringan 125 mikron, kemudian dicuci.
  1. Jentik-jentik Nyamuk
    1. Telur nyamuk dapat diperoleh dengan menggunakan wadah berdiameter 30 cm dan diisi air leri sedalam 10-30 cm dan diletakkan di tempat yang banyak nyamuknya. Wadah diberi atap setinggi 10 cm.
    2. 2-3 hari kemudian akan terbentuk selaput tipis di permukaan. Telur-telur yang dilepaskan induk akan saling menempel sampai panjangnya 0,5-1,5 cm.
    3. Telur diambil dengan lidi yang salah satu sisinya diratakan.
  2. Cacing Tubifex
    Bibit diambil dari perairan alam.
  3. Ulat Hongkong
    Bibit untuk pertama kali dapat diperoleh dari pedagang burung ocehan. Selanjutnya bibit dapat diambil dari tempat penangkaran sebelum berubah jadi kepompong.

6.2. Bahan-Bahan Untuk Pakan Buatan

  1. Bahan Hewani
    1. Tepung Ikan
      Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (tidak bernilai ekonomis) yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan bau khas yang dapat merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan < protein="22,65%;" lemak="15,38%;" abu="26,65%;" serat="1,80%;" air="10,72%;" ubah="1,5–3.">
      1. Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.
      2. Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil minyaknya.
      3. Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
    2. Tepung Rebon dan Benawa
      Rebon adalah sejenis udang kecil yang merupakan bahan baku pembuatan terasi. Benawa adalah anak kepiting laut. Rebon dan Benawa muncul pada awal musim hujan di sekitar muara sungai, mengerumuni benda yang terapung.
      Cara pembuatan:
      1. Bahan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas;
      2. Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Kandungan gizi: Protein: Udang rebon=59,4% (udang rebon), 23,38% (benawa); Lemak =3,6% (Udang rebon), 25,33% (Benawa); Karbohidrat 3,2% (Udang rebon), 0,06% (benawa); Abu=11,41% (Benawa); Serat=11,82% (Benawa); Air=21,6% (Udang rebon); 5,43% Benawa ,Nilai ubah: Benawa=4–6

    1. Tepung Kepala Udang
      1. Bahan yang digunakan adalah kepala udang, limbah pada proses pengolahan udang untuk ekspor.
      2. Cara pembuatannya:
        1. Bahan direbus, dijemur sampai kering dan digiling;
        2. Tepung diayak untuk membuang bagian-bagian yang kasar dan banyak mengandung kitin.
      3. Kandungan gizinya: Protein= 53,74%; Lemak= 6,65%; Karbohidrat= 0%; Abu= 7,72%; Serat kasar= 14,61%; Air= 17,28%.
    2. Tepung Anak Ayam
      1. Bahan: anak ayam jantan dari perusahaan pembibitan ayam petelur.
      2. Cara pembuatan:
        • Anak-anak ayam dimatikan secara masal, bulu-bulunya dibakar dengan lampu semprot. Kemudian direbus sampai kaku (setengah masak).
        • Diangin-anginkan sampai kering dan digiling beberapa kali sampai halus. Hasil gilingan yang masih basah disebut pastadan dapat langsung digunakan.
        • Pasta dapat dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
      1. Kandungan gizinya: Protein=61,65%, Lemak=27,30%, Abu=2,34%, Air=8,80%, Nilai ubah=5–8. Juga mengandung hormon, enzim, vitamin, dan mineral yang dapat merangsang nafsu makan dan pertumbuhan.
    1. Tepung Kepompong Ulat Sutra
      1. Bahan: kepompong ulat sutra yang merupakan limbah industri pemintalan benang sutra alam.
      2. Kandungan gizinya: Protein= 46,74%, Lemak= 29,75%, Abu= 4,86%, Serat= 8,89%, Air= 9,76%, Nilai ubah= 1,8.
    2. Ampas Minyak Hati Ikan
      1. Bahan: amapas hati ikan yang telah diperas minyaknya.
      2. Cara pembuatannya:
        1. digunakan sebagai pasta, karena kandungan lemaknya tinggi, sehingga sukar dikeringkan.
        2. Digiling halus sampai bentuknya seperti pellet.
      1. Kandungan gizinya: Protein= 25,08%, lemak= 56,75%, Abu= 6,60%, Air=12,06%, Nilai ubah= 8.
    1. Tepung Darah
      1. Bahan: darah, limbah dari rumah pemotongan ternak.
      2. Cara pembuatanny: darah beku yang masih mentah dimasak dan dikeringkan, kemudian digiling menjadi tepung.
      3. Kandungan gizinya: Protein= 71,45%, Lemak= 0,42%,Karbohidrat= 13,12%, Abu= 5,45%, Serat= 7,95%, Air= 5,19. Proteinnya sukar dicerna, sehingga penggunaannya untuk ikan <>
    2. Silase Ikan
      1. Bahan: ikan rucah dan limbah pengolahan.
      2. Silase adalah hasil olahan cair dari bahan baku asal ikan/limbahnya.
      3. Cara pembuatan:
        1. Bahan dicuci, dicincang kecil-kecil, kemudian digiling. Hasil gilingan direndam dalam larutan asam formiat 3% 24 jan, kemudian diperas.
        2. Air perasan ditampung dan lapisan minyak yang mengapung di lapisan atas disingkirkan.
        3. Cairan yang bebas minyak dicampur dengan ampas dan ditambah asam propionat 1%, untuk mencegah tumbuhnya bakteri / cendawan dan menambah daya awet ± 3 bulan dengan pH ± 4,5.
        4. Bahan diperam selama 4 hari dan diaduk 3- 4 kali sehari.
        5. Bahan cair yang bersifat asam dapat dicampur dengan dedak, ketela pohon/tepung jagung dengan perbandingan 1:1, dikeringkan dan digunakan untuk campuran dalam ramuan makanan.
      4. Kandungan gizinya: Protein=18-20%, Lemak=1-2%, Abu=4-6%, Air=70- 75%, Kapur=1-3%, Fosfor=0,3-0,9%.
    3. Arang Bulu Ayam dan Tepung Tulang
      1. Bahan: arang bulu ayam, tulang ternak.
      2. Cara pembuatan: Tulang dipotong sepanjang 5-10 cm, direbus selama 2-4 jam dengan suhu 100 ° C, kemudian dihancurkan hingga menjadi serpihan-serpihan sepanjang 1-3 cm. Serpihan tulang direndam dalam air kapur 10% selama 4-5 minggu dan dicuci dengan air tawar. Pemisahan selatin dengan jalan pemanasan 3 tahap, yaitu pada suhu 60 ° C selama 4 jam, suhu 70 ° C selama 4 jam, dan 100 ° C selama 5 jam. Pemrosesan selatin. Tulang dikeringkan pada suhu 100 ° C, sampai kadar airnya tinggal 5% dan digiling hingga menjadi tepung. Pengemasan dan penyimpanan.
      3. Kandungan gizinya: Protein=25,54%, Lemak=3,80%, Abu=61,60%, Serat=1,80%, Air=5,52%.
    4. Tepung Bekicot
      1. Bahan: daging bekicot mentah dan daging bekicot rebus.
      2. Cara pembuatan: Daging bekicot dikeringkan lalu digiling. Untuk campuran makanan sebesar 5-15%.
      3. Kandungan gizi: Protein=54,29%, Lemak=4,18%, Karbohidrat=30,45%, Abu=4,07%, Kapur=8,3%, Fosfor=20,3%, Air=7,01.
    5. Tepung Cacing Tanah
      1. Dapat menggantikan tepung ikan, dapat diternak secara masal.
      2. Jumlah penggunaan dalam ramuan 10-25%.
      3. Cara pembuatan: Cacing dikeringkan lalu digiling.
      4. Kandungan proteinnya 72% dan mudah diserap dinding usus.
    6. Tepung Artemia
      1. Dapat menggantikan tepung ikan/kepala udang.
      2. Kandungan protein (asam amino essensial) untuk burayak 42% dan dewasa 60%, sedangkan asam lemak tak jenuh untuk burayak 20% dan dewasa 10%. Daya cernanya tinggi.
    7. Telur Ayam dan Itik
      1. Bahan: telur mentah atau telur rbus.
      2. Penggunaan: Telur mentah langsung dikopyok dan dicampur dengan bahan lain. Telur rebus, diambil kuningnya, dihaluskan dan dilarutkan sampai membentuk emulsi atau suspensi.
      3. Kandungan gizinya: Protein=12,8%, Lemak=11,5%, Karbohidrat=0,7%, Air=74%.

    1. Susu
      1. Bahan: tepung susu tak berlemak (skim).
      2. Kandungan gizi: Protein=35,6% Lemak=1,0% Karbohidrat=52,0%, Air=3,5%
  1. Bahan Nabati
    1. Dedak
      Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras, dengan kandungan gizi: Protein=11,35%, Lemak=12,15%, Karbohidrat=28,62%, Abu=10,5%, Serat kasar=24,46%, Air=10,15%, Nilai ubah= 8.
    2. Dedak Gandum
      Bahan: hasil samping perusahaan tepung terigu. Tepung yang paling baik untuk pakan ikan adalah “wheat pollard” dengan kandungan gizi: Protein=11,99%, Lemak=1,48%, Karbohidrat=64,75%, Abu=0,64%, Serat kasar=3,75%, Air=17,35%, Nilai ubah=2-3.
    3. Jagung
      Terdapat 2 jenis, yaitu: (1) Jagung kuning, mengandung protein dan energi tinggi, daya lekatnya rendah; (2) Jagung putih, mengandung protein dan enrgi rendah, daya lekatnya tinggi. Sukar dicerna ikan, sehingga jarang digunakan.
    4. Cantel/Sorgum
      Berwarna merah, putih, kecoklatan. Warna putih lebih banyak digunakan. Mempunyai zat tanin yang dapat menghambat pertumbuhan, sehingga harus ditambah metionin/penyosohan yang lebih baik. Kandungan gizi: Protein=13,0%, Lemak=2,05%, Karbohidrat=47,85%, Abu=12,6%, Serat kasar= 13,5%, Air=10,64%, Nilai ubah2-5.
    5. Tepung Terigu
      Berasal dari biji gandum, berfungsi sebagai bahan perekat dengan kandungan gizi: Protein=8,9%; Lemak=1,3%; Karbohidrat=77,3%; Abu=0,06%; Air=13,25%.
    6. Tepung Kedele
      Keuntungan: mengandung lisin asam amino essensial yang paling essensial dan aroma makanan lebih sedap, penggunaannya ± 10%. Kekurangan: mengandung zat yang dapat menghambat enzim tripsin, dapat dikendalikan dengan cara memasak. Kandungan gizi: Protein: 39,6%, Lemak=14,3%, Karbohidrat=29,5%, Abu=5,4%, Serat=2,8%, Air=8,4%, Nilai ubah=3-5.
    7. Tepung Ampas Tahu
      Kandungan gizinya: Protein=23,55%, Lemak=5,54%, Karbohidrat=26,92%, Abu=17,03%, Serat kasar=16,53%, Air=10,43%.
    8. Tepung Bungkil Kacang Tanah
      Bungkil kacang tanah adalah ampas pembuatan minyak kacang. Kelemahannya: dapat menyebabkan penyakit kurang vitamin, dengan gejala sirip tidak normal dan dapat dicegah dengan membatasi penggunaannya. Kandungan gizi: Protein=47,9%, Lemak=10,9%, Karbohidrat =25,0%, Abu=4,8%, Serat kasar=3,6%, Air=7,8%, Nilai ubah=2,7-4.
    9. Bungkil Kelapa
      Bungkil kelapa adalah ampas dari proses pembuatan minyak kelapa. Sebagai bahan ramuan dapat dipakai sampai 20%. Kandungan gizi: Protein=17,09%, Lemak=9,44%, Karbohidrat=23,77%, Abu=5,92%, Serat kasar=30,4%, Air=13,35%.
    10. Biji Kapuk/Randu
      Bahan: bungkil kapuk yang telah diambil minyaknya. Kelemahannya: Mengandung zat siklo-propenoid yang bersifat racun bius. Penggunaannya <>Kandungan gizinya: Protein=27,4%, Lemak=5,6%, Karbohidrat=18,6%, Abu=7,3%, Serat kasa=25,3%, Air=6,1 %.
    11. Biji Kapas
      Bahan: bungkil dari pembuatan minyak. Kelemahannya: mengandung zat gosipol yang bersifat sebagai racun, yaitu merusak hati dan perdarahan/pembengkakan jaringan tubuh. Untuk penggunaannya harus dimasak dulu. Kandungan gizi: Protein=19,4%, Lemak=19,5%, Asam lemak linoleat=47,8%, Asam lemak palmitat=23,4%, Asam lemak oleat=22,9%.
    12. Tepung Daun Turi
      Kelemahannya: mengandung senyawa beracun : asam biru (HCN), lusein, dan alkoloid-alkoloid lainnya. Kandungan gizinya: Protein=27,54%, Lemak=4,73%, Karbohidrat=21,30%, Abu=20,45%, Serat kasar=14,01%, Air=11,97 %.
    13. Tepung Daun Lamtoro
      Kelemahannya: mengandung mimosin, dalam pemakaiannya < protein="36,82%," lemak="5,4%," karbohidrat="16,08%," abu="1,31%," kasar="18,14%," air="8,8%.
    14. Tepung Daun Ketela Pohon
      Kelemahannya: racun HCN/asam biru. Kandungan gizi: Protein=34,21%, Lemak=4,6%, Karbohidrat=14,69%, Air=0,12.
    15. Isi Perut Besar Hewan Memamah biak
      Bahan: dari rumah pemotongan ternak. Cara pembuatan: dikeringkan, digiling sampai menjadi tepung. Kandungan gizinya: Protein=8,39%, Lemak=5,54%, Karbohidrat=33,51%, Abu=17,32%, Serat kasar=20,34%, Air=14,9%, Nilai ubah=2.
  2. Bahan Tambahan
    1. Vitamin dan Mineral
      1. Cara memperoleh: dari toko penjual makanan ayam (poultry shop) yang sudah dikemas dalam bentuk premiks (premix).
      2. Premix tersebut mengandung vitamin, mineral, dan asam-asam amino tertentu.
      3. Contoh-contoh merek dagang:
        • Top mix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B kompleks), 2 asam amino essensial (metionin dan lisin) dan 6 mineral (Mn, Fe, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan (BHT)
        • Rhodiamix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B kompleks), asam amino essensia metionin, dan 8 mineral (Mg, Fe, Mo, Ca, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan.
        • Mineral B12: mengandung tepung tulang, CaCO3, FeSO4, MnSO4, KI, CuSO4, dan ZnCO3, serta vitamin B12 (sianokobalamin).
        • Merek lain: Aquamix, Rajamix U, Pfizer Premix A, Pfizer Premix B.
          Penggunaannya : Untuk ikan 1-2% dan untuk udang 10-15%.
    1. Garam Dapur (NaCl)
      1. Fungsi: sebagai bahan pelezat (gurih), mencegah terjadinya proses pencucian zat-zat lain yang terdapat dalam ramuan makanan ikan.
      2. Penggunaannya cukup 2%.
    2. Bahan Perekat
      1. Contoh bahan perekat: agar-agar, gelatin, tepung terigu, tepung sagu, dll. Yang paling baik adalah tepung kanji dan tapioka.
      2. Penggunaannya cukup 10%.
    3. Antioksidan
      1. Bahan: fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikulin (1,2dihydro-6-etoksi-2,2,4 trimethyquinoline), BHT (butylated hydroxytoluena), dan BHA (butylated hydroxyanisole).
      2. Penggunaannya: etoksikulin 150 ppm, BHT dan BHA 200 ppm.
    4. Ragi dan Ampas Bir
      1. Ragi adalah sejenis cendawan yang dapat merubah karbohidrat menjadi alkohol dan CO2.
      2. Macam ragi: ragi tape, ragi roti, dan bir.
      3. Kandungan gizi: Protein=59,2%, Lemak=0, Karbohidrat=38,93%, Abu=4,95%, Serat kasar=0, Air=6,12%.
      4. Ampas bir merupakan limbah pengolahan bir.
      5. Kandungan gizinya: Protein=25,9%, Serat kasar=15%
      6. Penggunaannya: ampas bir basah 3-6% dan kering 10%.

6.3. Penyiapan Peralatan

  1. Pakan Alami
    1. Chlorella
      1. Alat-alat yang akan digunakan dicuci dengan deterjen, kemudian dibilas dengan larutan klorin 150 ppm.
      2. Dalam wadah 1 galon:
        • Menggunakan stoples atau botol “carboys”, slang aerasi, dan batu aerasi.
        • Botol diisi medium ± 3 liter, untuk Chlorella air laut menggunakan medium dengan kadar garam 15 permil, dan untuk Chlorella menggunakan air tawar. Air medium disaring dengan kain saringan 15 mikron.
        • Disterilkan dengan cara mendidihkan, klorinasi, atau penyinaran dengan lampu ultraviolet.
        • Pemupukan dengan menggunakan ramuan Allen-Miguel, yang terdiri dari 2 larutan, yaitu:
          1. Larutan A, terdiri dari 20 gram KNO3 dalam 100 ml air suling;
          2. Larutan B, terdiri dari: 4 gram Na2HPO4.12H2O; 2 gram CaCl2.6H2O; 2 gram FeCl3; dan 2 ml HCl; semuanya dilarutkan dalam 80 ml air suling.
        • Setiap 1liter medium, menggunakan 2 ml larutan A dan 1 ml larutan B.
      3. Dalam wadah 60 liter atau 1 ton
        • Wadah dicuci dan dibebashamakan. Air untuk medium harus disaring. Medium dipupuk dengan jenis dan takaran: 100 mg/liter pupuk 21-0-0, Urea sebanyak 10-15 mg/liter dan pupuk 16-20-0 sebanyak 10-15 mg/l
        • Untuk pertumbuhan dalam wadah besar (1ton) cukup menggunakan urea dengan takaran 50 gram/m 3 .
    2. Tetraselmis
      1. Dalam wadah 1liter
        • Dapat menggunakan botol erlenmeyer. Botol, slang plastik, dan batu aerasi dicuci dengan deterjen dan dibilas dengan larutan klorin 150 ml/ton.
        • Wadah diisi air medium dengan kadar garam 28 permil yang telah disaring dengan saringan 15 mikron. Kemudian disterilkan dengan cara direbus, diklorin 60 ppm dan dinetralkan dengan 20 ppm Na2S2O3, atau disinari lampu ultraviolet.
        • Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
          1. Natrium nitrat – NaNO3 = 84 mg/l
          2. Natrium dihidrofosfat-NaH2PO4 = 10 mg/l atau Natrium fosfat-Na3PO4 = 27,6 mg/l atau Kalsium fosfat-Ca3(PO4)2 = 11,2 mg/l
          3. Besi klorida – FeCl3 = 2,9 mg/l
          4. EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid) = 10 mg/l
          5. Tiamin-HCl (vitamin B1) = 9,2 mg/l
          6. Biotin = 1 mikrogram/l
          7. Vitamin B12 = 1mikrogram/l
          8. Tembaga sulfat kristal CuSO4.5H2O = 0,0196 mg/l
          9. Seng sulfat kristal ZnSO4.7H2O = 0,044 mg/l
          10. Natrium molibdat-NaMoO4.7H2O = 0,02 mg/l
          11. Mangan klorida kristal-MnCl2.4H2O = 0,0126 mg/l
          12. Kobalt korida kristal-CoCl2.6H2O = 3,6 mg/l
      2. Dalam wadah 1 galon (3 liter)
        • Dapat menggunakan botol “carboys” atau stoples.
        • Persiapan sama dengan dalam wadah 1 liter.
        • Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
          1. Urea-46 = 100 mg/l
          2. Kalium hidrofosfat-K2HPO4 = 10 mg/l
          3. Agrimin = 1 mg/l
          4. Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/l
          5. EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid) = 2 mg/l
          6. Vitamin B1 = 0,005 mg/l
          7. Vitamin B12 = 0,005 mg/l
      3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
        • Wadah 200 liter dapat menggunakan akuarium, dan untuk 1 ton menggunakan bak dari kayu, bak semen, atau bak fiberglass.
        • Persiapan lain sama.
        • Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
          1. Urea-46 = 100 mg/liter
          2. Pupuk 16-20-0 = 5 mg/liter
          3. Kalium hidrofosfat-K2HPO4 = 5 mg/liter atau Kalium dihidrofosfat-K2H2PO4 = 5 mg/liter
          4. Agrimin = 1 mg/liter
          5. Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/liter
        • Untuk wadah 1 ton dapat hanya menggunakan urea 60-100 mg/liter dan TSP 20-50 mg/liter.
    3. Dunaliella
      Wadah dan peralatan lainnya dicuci, kemudian diisi medium dengan kadar garam 18-22 permil.
      Selanjutnya diberi pupuk cair 1 ml/liter, kemudian diaerasi dan dibiarkan sebentar.
    4. Diatomae
      1. Dalam wadah 1liter
        • Dapat menggunakan botol erlenmeyer. Botol, slang plastik, dan batu aerasi dicuci dengan deterjen dan dibilas dengan larutan klorin 150 ml/ton.
        • Wadah diisi air medium yang telah disaring dengan saringan 15 mikron sampai 300-500 ml, dan berkadar garam 28-35 untuk Diatomae laut dan air tawar untuk Diatomae tawar. Kemudian disterilkan dengan cara direbus, diklorin, atau disinari lampu ultraviolet.
        • Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut:
          1. Larutan A= KNO3 20,2 gram + Air suling 100 ml
          2. Larutan B= Na2HPO4 2,0 gram + Air suling 100 ml
          3. Larutan C= Na2SiO3 1,0 gram + Air suling 100
          4. Larutan D= FeCl3) 1,0 gram + Air suling 20 ml
        • Setiap 1 liter medium diberi larutan A, B, C, sebanyak 1 ml dan larutan D 4 tetes. Kemudian diaerasi dengan batu aerasi dan sumber udara dapat berasal dari mesin blower, kompressor atau aerator.
        • Pupuk lain yang dapat ditambahkan:
          1. EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid)=10 mg/l
          2. Tiamin-HCl (vitamin B1) = 0,2 mg/l
          3. Biotin = 1,0 mg/l
          4. Vitamin B12 = 1,0 mg/l
          5. Tembaga sulfat kristal CuSO4.5H2O = 0,0196 mg/l
          6. Seng sulfat kristal ZnSO4.7H2O = 0,044 mg/l
          7. Natrium molibdat-NaMoO4.7H2O = 0,02 mg/l
          8. Mangan klorida kristal-MnCl2.4H2O = 0,0126 mg/l
          9. Kobalt korida kristal-CoCl2.6H2O = 3,6 mg/l
      2. Dalam wadah 1 galon (3 liter)
        • Wadah dicuci dan diisi air medium.
        • Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut:
          1. Urea = 100 mg/l
          2. Kalium hidrofosfat-K2HPO4 = 10 mg/l
          3. Na2SiO3 = 2 mg/l
          4. Agrimin = 1 mg/l
          5. Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/l
          6. EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid) = 2 mg/l
          7. Vitamin B1 = 0,005 mg/l
          8. Vitamin B12 = 0,005 mg/l
      3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton.
        • Wadah dicuci dan diisi air medium.
        • Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
          1. Urea-46 = 100 mg/l
          2. K2HPO4 atau KH2PO4 = 5 mg/l
          3. Na2SiO3 = 2 mg/l
          4. Agrimin = 1 mg/l
          5. Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/l
          6. 16-20-0 = 5 mg/l
    5. Spirulina
      Wadah dan peralatan lainnya dicuci, kemudian diisi medium dengan kadar garam 15-20 permil.
      Selanjutnya diberi pupuk cair 1 ml/l, kemudian diaerasi dan dibiarkan sebentar.
    6. Brachionus
      1. Dengan Pemupukan
        • Wadah yang digunakan berukuran 1-10 ton atau 10-100 ton yang telah dicuci dan dibilas dengan larutan klorin 150 ml/ton. Wadah diisi air melalui kain saringan halus.
        • Pemupukan menggunakan kotoran sapi kering 20 mg/l, pupuk urea dan TSP masing–masing 2 mg/l, kemudian didiamkan 4-5 hari, sampai tumbuh jasad-jasad renik makanan Brachionus, yaitu jenis Diatomae, seperti Cyclotella, Melosira, Asterionella, Nitzschia, dan Amphora. Tumbuhnya Diatomae ditandai dengan warna coklat perang.
      2. Dengan Pemberian Makanan
        • Wadah yang digunakan berukuran 1 ton, yang terbuat dari papan kayu yang dilapisi lembaran plastik, bahan semen, atau fiberglass, yang dicuci biasa. Wadah diisi air medium, tergantung jenis Brachionus. Wadah diletakkan di luar ruangan, di bawah atap bening.
        • Pemupukan menggunakan 100 mg/l urea, 20 mg/l TSP, dan 2 mg/l FeCl3, untuk menumbuhkan algae planktonik (Chlorella dan Tetraselmis). Medium diudarai untuk meratakan pupuk dan algae.
    7. Artemia
      1. Wadah yang digunakan adalah berbagai macam bak berbentuk empat persegi panjang dengan sudut tegak lurus, menyerong, atau melengkung. Ukurannya 300 liter, 2 ton, 5 ton, dsb.
      2. Di tengah bak dipasang penyekat terbuat dari papan/lembaran plastik dengan arah membujur sejajar dengan sisi bak yang panjang. Jarak antara ujung penyekat tengah dengan sisi bak yang pendek 2/3 kali jarak antara penyekat tengah dengan sisi bak yang panjang, dan jarak sisi bawah dengan dasar bak 2-5 cm.
      3. Dalam bak dipasang "air water lift (AWL)" yang terbuat dari pipa-pipa PVC untuk menimbulkan putaran.
        • Kedalaman 20 cm, diameter pipa AWL= 25 mm
        • Kedalaman 40 cm, diameter pipa AWL= 40 mm
        • Kedalaman 75 cm, diameter pipa AWL= 50 mm
        • Kedalaman 100 cm, diameter pipa AWL= 60 mm
      4. Pipa AWL dipotong miring 30-45 ° pada ujung bawahnya dan dipasang menyentuh dasar bak. Pipa AWL diikat pada kedua belah sisi penyekat tengah dan ujung -ujung bagian atasnya dibuat menyerong 30-45 °. Jarak antara AWL 25-40 cm dengan arah berlawanan.
      5. Slang plastik berdiameter 6 mm dimasukkan pada AWL untuk saluran udara, yang dihubungkan dengan tabung pembagi udara terbuat dari pipa PVC berdiameter 5 cm dan diikat pada atas penyekat tengah.
      6. Tabung dihubungkan dengan pipa udara yang mengalirkan udara dari mesin penghembus udara (Blower).
      7. Air untuk pemeliharaan adalah air laut (kadar garam 30-35 permil) atau air tiruan (kadar garam 30 permil) yang dapat dibuat dari beberapa bahan kimia, yaitu:
        • Garam dapur (NaCl) = 31,08 gram
        • Magnesium sifat (MgSO4) = 7,74 gram
        • Magnesium klorida (MgCl2) = 6,09 gram
        • Kalsium klorida (CaCl2) = 1,53 gram
        • Kalium klorida (KCl) = 0,97 gram
        • Natrium hidrokarbonat (NaHCO3) = 2 gram
        • Air tawar dijadikan 1 liter MgSO4, KCl, NaHCO3 dilarutkan dalam air panas secara terpisah sebelum digunakan.
      8. Penyaringan air dilakukan untuk mengurangi timbunan kotoran. Penyaringan air dilakukan dengan kotak keping penyaring berbentuk kotak persegi empat yang terbagi 2 bagian, yaitu bagian pertama untuk pemasukan air dan bagian kedua untuk pengendapan. Ukuran kotak 10% dari bak dan terbuat dari kayu yang dicat dengan epoxy. Alat ini dibersihkan 2 hari sekali.
    8. Infusoria
      1. Penangkaran dapat dilakukan secara berurutan dalam wadah 1 liter, 1 galon, 200 liter, dan 1 ton. Untuk wadah 1 liter dan 1 galon, menggunakan air rebusan jerami sebagi medium, dan untuk wadah yang lebih besar menggunakan air mentah.
      2. Air mentah dimasukkan dalam wadah 200 liter dan 1 ton (tergantung jenis Ciliatanya) dan ditambah potongan-potongan jerami atau rumput kering, daun selada, atau kulit pisang kering, kemudian air diaerasi.
    9. Kutu Air
      1. Wadah yang digunakan adalah berbagai macam bak dengan ukuran 1 ton (1 m 3 ). Bak diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung.
      2. Wadah diisi air tawar sampai 60 cm dan diudarai dengan batu 1-2 aerasi per 2,5 m 2 .
      3. Pemupukan menggunakan kotoran ayam kering yang dilarutkan dalam air samapi konsentrasinya 10% dan bungkil kelapa yang ditumbuk halus dan diayak dengan saringan 500 mikron.
      4. Pemupukan pertama menggunakan kotoran ayam 1000 ml/ton dan bubuk bungkil kelapa 200 gram/ton yang dicampur dan dimasukkan dalam kantong yang diperas di atas bak pemeliharaan, sehingga air perasan langsung jatuh ke bak.
      5. Pemupukan kedua dilakukan 4 hari kemudian, dan pemupukan ketiga dilakukan bila perlu.
    10. Jentik-jentik nyamuk
      1. Wadah penetasan yang juga merupakan wadah pemeliharaan dapat berupa pengaron, ember plastik, atau wadah bukan logam yang lainnya. Air medium menggunakan air leri atau air biasa.
      2. Setelah telur cukup, wadah dimasukkan dalam kandan yang diberi dinding kelambu.
    11. Cacing Tubifex
      1. Lahan dibuat dengan bentuk mirip kolam dengan luas 10x10 cm atau lebih, dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pengeluaran air.
      2. Dasar kolam dibuat petakan-petakan (blok) lumpur, berjarak 20 cm, setinggi 10 cm dengan luas 1x2 m dan dasarnya dilapisi papan kayu atau dibentuk cetakan.
      3. Pemupukan menggunakan dedak halus (200-250 gram/m2) atau kotoran ayam yang telah dibersihkan dan dihaluskan sebanyak 300 gram/m ². Pupuk ditebar di lahan dan direndam air 5 cm selama 4 hari bila menggunakan dedak dan 3 hari bila menggunakan kotoran ayam.
    12. Ulat Hongkong
      1. Pemeliharaan skala kecil dapat menggunakan beberapa kotak kayu/tripleks berukuran 40x40x20 cm yang dilapisi selotip/isolasi pada bagian bibirnya, atau ember plastik, baki, atau waskom.
      2. Bagian atas tempat pemeliharaan dibiarkan terbuka untuk memudahkan panen. Kemudian wadah ditempatkan pada rak dan diletakkan dalam ruang gelap dan tidak kena sinar matahari.
      3. Medium pemeliharaan yang berupa campuran dedak halus dan ampas tahu kering atau tepung jagung yang dicampur tepung tulang dan tepung ikan yang telah disaring/diayak, ditebar pada dasar wadah setebal 2-3 cm.
  2. Pakan Buatan
    Alat-alat yang diperlukan :
    1. Alat Penggiling dan Pengayak
    2. Alat Penimbang dan Penakar
    3. Alat Pengaduk dan Pencampur
    4. Alat Pemasak
    5. Alat Pengering
    6. Alat Penyimpan

6.3. Penyiapan Peralatan

  1. Pakan Alami
    1. Chlorella
      1. Alat-alat yang akan digunakan dicuci dengan deterjen, kemudian dibilas dengan larutan klorin 150 ppm.
      2. Dalam wadah 1 galon:
        • Menggunakan stoples atau botol “carboys”, slang aerasi, dan batu aerasi.
        • Botol diisi medium ± 3 liter, untuk Chlorella air laut menggunakan medium dengan kadar garam 15 permil, dan untuk Chlorella menggunakan air tawar. Air medium disaring dengan kain saringan 15 mikron.
        • Disterilkan dengan cara mendidihkan, klorinasi, atau penyinaran dengan lampu ultraviolet.
        • Pemupukan dengan menggunakan ramuan Allen-Miguel, yang terdiri dari 2 larutan, yaitu:
          1. Larutan A, terdiri dari 20 gram KNO3 dalam 100 ml air suling;
          2. Larutan B, terdiri dari: 4 gram Na2HPO4.12H2O; 2 gram CaCl2.6H2O; 2 gram FeCl3; dan 2 ml HCl; semuanya dilarutkan dalam 80 ml air suling.
        • Setiap 1liter medium, menggunakan 2 ml larutan A dan 1 ml larutan B.
      3. Dalam wadah 60 liter atau 1 ton
        • Wadah dicuci dan dibebashamakan. Air untuk medium harus disaring. Medium dipupuk dengan jenis dan takaran: 100 mg/liter pupuk 21-0-0, Urea sebanyak 10-15 mg/liter dan pupuk 16-20-0 sebanyak 10-15 mg/l
        • Untuk pertumbuhan dalam wadah besar (1ton) cukup menggunakan urea dengan takaran 50 gram/m 3 .
    2. Tetraselmis
      1. Dalam wadah 1liter
        • Dapat menggunakan botol erlenmeyer. Botol, slang plastik, dan batu aerasi dicuci dengan deterjen dan dibilas dengan larutan klorin 150 ml/ton.
        • Wadah diisi air medium dengan kadar garam 28 permil yang telah disaring dengan saringan 15 mikron. Kemudian disterilkan dengan cara direbus, diklorin 60 ppm dan dinetralkan dengan 20 ppm Na2S2O3, atau disinari lampu ultraviolet.
        • Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
          1. Natrium nitrat – NaNO3 = 84 mg/l
          2. Natrium dihidrofosfat-NaH2PO4 = 10 mg/l atau Natrium fosfat-Na3PO4 = 27,6 mg/l atau Kalsium fosfat-Ca3(PO4)2 = 11,2 mg/l
          3. Besi klorida – FeCl3 = 2,9 mg/l
          4. EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid) = 10 mg/l
          5. Tiamin-HCl (vitamin B1) = 9,2 mg/l
          6. Biotin = 1 mikrogram/l
          7. Vitamin B12 = 1mikrogram/l
          8. Tembaga sulfat kristal CuSO4.5H2O = 0,0196 mg/l
          9. Seng sulfat kristal ZnSO4.7H2O = 0,044 mg/l
          10. Natrium molibdat-NaMoO4.7H2O = 0,02 mg/l
          11. Mangan klorida kristal-MnCl2.4H2O = 0,0126 mg/l
          12. Kobalt korida kristal-CoCl2.6H2O = 3,6 mg/l
      2. Dalam wadah 1 galon (3 liter)
        • Dapat menggunakan botol “carboys” atau stoples.
        • Persiapan sama dengan dalam wadah 1 liter.
        • Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
          1. Urea-46 = 100 mg/l
          2. Kalium hidrofosfat-K2HPO4 = 10 mg/l
          3. Agrimin = 1 mg/l
          4. Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/l
          5. EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid) = 2 mg/l
          6. Vitamin B1 = 0,005 mg/l
          7. Vitamin B12 = 0,005 mg/l
      3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
        • Wadah 200 liter dapat menggunakan akuarium, dan untuk 1 ton menggunakan bak dari kayu, bak semen, atau bak fiberglass.
        • Persiapan lain sama.
        • Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
          1. Urea-46 = 100 mg/liter
          2. Pupuk 16-20-0 = 5 mg/liter
          3. Kalium hidrofosfat-K2HPO4 = 5 mg/liter atau Kalium dihidrofosfat-K2H2PO4 = 5 mg/liter
          4. Agrimin = 1 mg/liter
          5. Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/liter
        • Untuk wadah 1 ton dapat hanya menggunakan urea 60-100 mg/liter dan TSP 20-50 mg/liter.
    3. Dunaliella
      Wadah dan peralatan lainnya dicuci, kemudian diisi medium dengan kadar garam 18-22 permil.
      Selanjutnya diberi pupuk cair 1 ml/liter, kemudian diaerasi dan dibiarkan sebentar.
    4. Diatomae
      1. Dalam wadah 1liter
        • Dapat menggunakan botol erlenmeyer. Botol, slang plastik, dan batu aerasi dicuci dengan deterjen dan dibilas dengan larutan klorin 150 ml/ton.
        • Wadah diisi air medium yang telah disaring dengan saringan 15 mikron sampai 300-500 ml, dan berkadar garam 28-35 untuk Diatomae laut dan air tawar untuk Diatomae tawar. Kemudian disterilkan dengan cara direbus, diklorin, atau disinari lampu ultraviolet.
        • Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut:
          1. Larutan A= KNO3 20,2 gram + Air suling 100 ml
          2. Larutan B= Na2HPO4 2,0 gram + Air suling 100 ml
          3. Larutan C= Na2SiO3 1,0 gram + Air suling 100
          4. Larutan D= FeCl3) 1,0 gram + Air suling 20 ml
        • Setiap 1 liter medium diberi larutan A, B, C, sebanyak 1 ml dan larutan D 4 tetes. Kemudian diaerasi dengan batu aerasi dan sumber udara dapat berasal dari mesin blower, kompressor atau aerator.
        • Pupuk lain yang dapat ditambahkan:
          1. EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid)=10 mg/l
          2. Tiamin-HCl (vitamin B1) = 0,2 mg/l
          3. Biotin = 1,0 mg/l
          4. Vitamin B12 = 1,0 mg/l
          5. Tembaga sulfat kristal CuSO4.5H2O = 0,0196 mg/l
          6. Seng sulfat kristal ZnSO4.7H2O = 0,044 mg/l
          7. Natrium molibdat-NaMoO4.7H2O = 0,02 mg/l
          8. Mangan klorida kristal-MnCl2.4H2O = 0,0126 mg/l
          9. Kobalt korida kristal-CoCl2.6H2O = 3,6 mg/l
      2. Dalam wadah 1 galon (3 liter)
        • Wadah dicuci dan diisi air medium.
        • Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut:
          1. Urea = 100 mg/l
          2. Kalium hidrofosfat-K2HPO4 = 10 mg/l
          3. Na2SiO3 = 2 mg/l
          4. Agrimin = 1 mg/l
          5. Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/l
          6. EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid) = 2 mg/l
          7. Vitamin B1 = 0,005 mg/l
          8. Vitamin B12 = 0,005 mg/l
      3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton.
        • Wadah dicuci dan diisi air medium.
        • Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
          1. Urea-46 = 100 mg/l
          2. K2HPO4 atau KH2PO4 = 5 mg/l
          3. Na2SiO3 = 2 mg/l
          4. Agrimin = 1 mg/l
          5. Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/l
          6. 16-20-0 = 5 mg/l
    5. Spirulina
      Wadah dan peralatan lainnya dicuci, kemudian diisi medium dengan kadar garam 15-20 permil.
      Selanjutnya diberi pupuk cair 1 ml/l, kemudian diaerasi dan dibiarkan sebentar.
    6. Brachionus
      1. Dengan Pemupukan
        • Wadah yang digunakan berukuran 1-10 ton atau 10-100 ton yang telah dicuci dan dibilas dengan larutan klorin 150 ml/ton. Wadah diisi air melalui kain saringan halus.
        • Pemupukan menggunakan kotoran sapi kering 20 mg/l, pupuk urea dan TSP masing–masing 2 mg/l, kemudian didiamkan 4-5 hari, sampai tumbuh jasad-jasad renik makanan Brachionus, yaitu jenis Diatomae, seperti Cyclotella, Melosira, Asterionella, Nitzschia, dan Amphora. Tumbuhnya Diatomae ditandai dengan warna coklat perang.
      2. Dengan Pemberian Makanan
        • Wadah yang digunakan berukuran 1 ton, yang terbuat dari papan kayu yang dilapisi lembaran plastik, bahan semen, atau fiberglass, yang dicuci biasa. Wadah diisi air medium, tergantung jenis Brachionus. Wadah diletakkan di luar ruangan, di bawah atap bening.
        • Pemupukan menggunakan 100 mg/l urea, 20 mg/l TSP, dan 2 mg/l FeCl3, untuk menumbuhkan algae planktonik (Chlorella dan Tetraselmis). Medium diudarai untuk meratakan pupuk dan algae.
    7. Artemia
      1. Wadah yang digunakan adalah berbagai macam bak berbentuk empat persegi panjang dengan sudut tegak lurus, menyerong, atau melengkung. Ukurannya 300 liter, 2 ton, 5 ton, dsb.
      2. Di tengah bak dipasang penyekat terbuat dari papan/lembaran plastik dengan arah membujur sejajar dengan sisi bak yang panjang. Jarak antara ujung penyekat tengah dengan sisi bak yang pendek 2/3 kali jarak antara penyekat tengah dengan sisi bak yang panjang, dan jarak sisi bawah dengan dasar bak 2-5 cm.
      3. Dalam bak dipasang "air water lift (AWL)" yang terbuat dari pipa-pipa PVC untuk menimbulkan putaran.
        • Kedalaman 20 cm, diameter pipa AWL= 25 mm
        • Kedalaman 40 cm, diameter pipa AWL= 40 mm
        • Kedalaman 75 cm, diameter pipa AWL= 50 mm
        • Kedalaman 100 cm, diameter pipa AWL= 60 mm
      4. Pipa AWL dipotong miring 30-45 ° pada ujung bawahnya dan dipasang menyentuh dasar bak. Pipa AWL diikat pada kedua belah sisi penyekat tengah dan ujung -ujung bagian atasnya dibuat menyerong 30-45 °. Jarak antara AWL 25-40 cm dengan arah berlawanan.
      5. Slang plastik berdiameter 6 mm dimasukkan pada AWL untuk saluran udara, yang dihubungkan dengan tabung pembagi udara terbuat dari pipa PVC berdiameter 5 cm dan diikat pada atas penyekat tengah.
      6. Tabung dihubungkan dengan pipa udara yang mengalirkan udara dari mesin penghembus udara (Blower).
      7. Air untuk pemeliharaan adalah air laut (kadar garam 30-35 permil) atau air tiruan (kadar garam 30 permil) yang dapat dibuat dari beberapa bahan kimia, yaitu:
        • Garam dapur (NaCl) = 31,08 gram
        • Magnesium sifat (MgSO4) = 7,74 gram
        • Magnesium klorida (MgCl2) = 6,09 gram
        • Kalsium klorida (CaCl2) = 1,53 gram
        • Kalium klorida (KCl) = 0,97 gram
        • Natrium hidrokarbonat (NaHCO3) = 2 gram
        • Air tawar dijadikan 1 liter MgSO4, KCl, NaHCO3 dilarutkan dalam air panas secara terpisah sebelum digunakan.
      8. Penyaringan air dilakukan untuk mengurangi timbunan kotoran. Penyaringan air dilakukan dengan kotak keping penyaring berbentuk kotak persegi empat yang terbagi 2 bagian, yaitu bagian pertama untuk pemasukan air dan bagian kedua untuk pengendapan. Ukuran kotak 10% dari bak dan terbuat dari kayu yang dicat dengan epoxy. Alat ini dibersihkan 2 hari sekali.
    8. Infusoria
      1. Penangkaran dapat dilakukan secara berurutan dalam wadah 1 liter, 1 galon, 200 liter, dan 1 ton. Untuk wadah 1 liter dan 1 galon, menggunakan air rebusan jerami sebagi medium, dan untuk wadah yang lebih besar menggunakan air mentah.
      2. Air mentah dimasukkan dalam wadah 200 liter dan 1 ton (tergantung jenis Ciliatanya) dan ditambah potongan-potongan jerami atau rumput kering, daun selada, atau kulit pisang kering, kemudian air diaerasi.
    9. Kutu Air
      1. Wadah yang digunakan adalah berbagai macam bak dengan ukuran 1 ton (1 m 3 ). Bak diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung.
      2. Wadah diisi air tawar sampai 60 cm dan diudarai dengan batu 1-2 aerasi per 2,5 m 2 .
      3. Pemupukan menggunakan kotoran ayam kering yang dilarutkan dalam air samapi konsentrasinya 10% dan bungkil kelapa yang ditumbuk halus dan diayak dengan saringan 500 mikron.
      4. Pemupukan pertama menggunakan kotoran ayam 1000 ml/ton dan bubuk bungkil kelapa 200 gram/ton yang dicampur dan dimasukkan dalam kantong yang diperas di atas bak pemeliharaan, sehingga air perasan langsung jatuh ke bak.
      5. Pemupukan kedua dilakukan 4 hari kemudian, dan pemupukan ketiga dilakukan bila perlu.
    10. Jentik-jentik nyamuk
      1. Wadah penetasan yang juga merupakan wadah pemeliharaan dapat berupa pengaron, ember plastik, atau wadah bukan logam yang lainnya. Air medium menggunakan air leri atau air biasa.
      2. Setelah telur cukup, wadah dimasukkan dalam kandan yang diberi dinding kelambu.
    11. Cacing Tubifex
      1. Lahan dibuat dengan bentuk mirip kolam dengan luas 10x10 cm atau lebih, dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pengeluaran air.
      2. Dasar kolam dibuat petakan-petakan (blok) lumpur, berjarak 20 cm, setinggi 10 cm dengan luas 1x2 m dan dasarnya dilapisi papan kayu atau dibentuk cetakan.
      3. Pemupukan menggunakan dedak halus (200-250 gram/m2) atau kotoran ayam yang telah dibersihkan dan dihaluskan sebanyak 300 gram/m ². Pupuk ditebar di lahan dan direndam air 5 cm selama 4 hari bila menggunakan dedak dan 3 hari bila menggunakan kotoran ayam.
    12. Ulat Hongkong
      1. Pemeliharaan skala kecil dapat menggunakan beberapa kotak kayu/tripleks berukuran 40x40x20 cm yang dilapisi selotip/isolasi pada bagian bibirnya, atau ember plastik, baki, atau waskom.
      2. Bagian atas tempat pemeliharaan dibiarkan terbuka untuk memudahkan panen. Kemudian wadah ditempatkan pada rak dan diletakkan dalam ruang gelap dan tidak kena sinar matahari.
      3. Medium pemeliharaan yang berupa campuran dedak halus dan ampas tahu kering atau tepung jagung yang dicampur tepung tulang dan tepung ikan yang telah disaring/diayak, ditebar pada dasar wadah setebal 2-3 cm.
  2. Pakan Buatan
    Alat-alat yang diperlukan :
    1. Alat Penggiling dan Pengayak
    2. Alat Penimbang dan Penakar
    3. Alat Pengaduk dan Pencampur
    4. Alat Pemasak
    5. Alat Pengering
    6. Alat Penyimpan

6.4. Pemeliharaan Pakan Alami

  1. Chlorella
    1. Dalam wadah 1 galon :
      • Bibit ditebar dalam medium yang telah diberi pupuk, sampai airnya berwarna agak kehijau-hijauan. Bibit yang masuk disaring dengan saringan 15 mikron.
      • Wadah disimpan di dalam ruang laboratorium di bawah penyinaran lampu neon, dan air diudarai terus-menerus.
      • Setelah ± 5 hari, Chlorella sudah tumbuh dengan kepadatan sekitar 10 juta sel/ml. Airnya berwarna hijau segar.
      • Hasil penumbuhan ini digunakan sebagai bibit pada penumbuhan dalam wadah yang lebih besar.
    2. Dalam wadah 60 liter atau 1 ton :
      • Untuk wadah 60 liter membutuhkan 1 galon bibit dan untuk wadah 1 ton membutuhkan 5 galon bibit.
      • Selain dipupuk, dapat dilepaskan ikan mujair besar 4-5 ekor/m2 yang diberi makan pelet secukupnya, bertujuan sebagai penghasil pupuk organik dari kotorannya.
      • Wadah disimpan dalam ruangan yang kena sinar matahari langsung.
      • Setelah 5 hari pertumbuhan terjadi dan pada puncaknya dapat mencapai kepadatan 5 juta sel/ml.
      • Secara berkala medium perlu dipupuk susulan, penambahan air baru, dan pemberian obat pemberantas hama.
  2. Tetraselmis
    1. Dalam wadah 1liter :
      • Bibit ditebar dalam medium yang telah diberi pupuk sebanyak 100.000 sel/ml. Airnya diudarai terus-menerus dan wadah diletakkan dalam ruang ber-AC, dan di bawah sinar lampu neon.
      • Setelah 4-5 hari telah berkembang dengan kepadatan 4-5 juta sel/ml. Hasilnya digunakan sebagai bibit pada penumbuhan berikutnya.
    2. Dalam wadah 1 galon (3 liter) :
      • Bibit dari penumbuhan dalam wadah 1 liter, ditebar dalam medium yang telah diberi pupuk, untuk setiap galon membutuhkan bibit 100 ml, hingga kepadatan mencapai 100.000 sel/ml.
      • Wadah ditaruh di dalam ruangan ber-AC, di bawah lampu neon, dan airnya diudarai terus-menerus.
      • Setelah 4-5 hari telah berkembang dengan kepadatan 4-5 juta sel/ml. Hasilnya digunakan sebagai bibit pada penumbuhan berikutnya.
    3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
      • Wadah 200 liter membutuhkan 3 galon bibit, sedangkan wadah 1 ton 100 liter.
      • Dalam waktu 4-5 hari mencapai puncak perkembangan dengan kepadatan 2-4 juta sel/ml.
      • Hasil penumbuhan di wadah 200 ton digunakan sebagai bibit untuk penumbuhan di wadah 1 ton, sedangkan dari wadah 1 ton dapat digunakan sebagai pakan.
  3. Dunaliella
    1. Dalam pemeliharaan harus diperhatikan penempatan wadah agar cukup mendapat cahaya, sehingga fotosintesa dapat berjalan lancar.
    2. Setelah pupuk tercampur merata, bibit dimasukkan sebanyak 1/3 bagian. Wadah ditutup kapas atau stirofoam yang telah diberi slang untuk mencegah kontaminasi.
    3. Empat hari setelah masa pemeliharaan, dapat dipanen dan dikultur pada wadah yang lebih besar.
  4. Diatomae
    1. Dalam wadah 1liter :
      • Bibit ditebar dalam medium yang telah diberi pupuk sebanyak 70.000 sel/ml. Airnya diudarai terus-menerus dan wadah diletakkan dalam ruang ber-AC, dan di bawah sinar lampu neon.
      • Setelah 3-4 hari telah berkembang dengan kepadatan 6-7 juta sel/ml. Hasilnya digunakan sebagai bibit pada penumbuhan berikutnya.
    2. Dalam wadah 1 galon (3 liter) :
      • Bibit ditebar sebanyak 100 ml. Wadah ditaruh di dalam ruangan ber-AC, di bawah lampu neon, dan airnya diudarai terus-menerus.
      • Setelah 2 hari telah berkembang dengan kepadatan 4-6 juta sel/ml. Hasilnya digunakan sebagai bibit pada penumbuhan berikutnya.
    3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
      • Wadah 200 liter membutuhkan 3 galon bibit, sedangkan wadah 1 ton 100 liter.
      • Dalam wadah 200 ml, waktu 2 hari mencapai puncak perkembangan dengan kepadatan 2-4 juta sel/ml, sedangkan wadah 1 liter, dalam 3 hari mencapai 2-3 juta sel/ml.
      • Hasil penumbuhan di wadah 200 ton digunakan sebagai bibit untuk penumbuhan di wadah 1 ton, sedangkan dari wadah 1 ton dapat digunakan sebagai pakan.
  5. Spirulina
    1. Dalam pemeliharaan harus diperhatikan penempatan wadah agar cukup mendapat cahaya, sehingga fotosintesa dapat berjalan lancar.
    2. Setelah tercampur merata, bibit dimasukkan sebanyak 1/5-1/10 bagian. Empat hari setelah masa pemeliharaan, dapat dipanen dan dikultur pada wadah yang lebih besar.
  6. Brachionus
    Dengan Pemupukan: Bibit Brachionus ditebar 4-5 hari setelah pemupukan, sebanyak 10 ekor/ml. 5-7 hari kemudian, Brachionus berkembang dengan kepadatan sekitar 100 ekor/l dan dapat digunakan sebagai pakan ikan.
    Dengan Pemberian Pakan:
    1. Bibit Brachionus ditebar 4-5 hari setelah pemupukan, sebanyak 10 ekor/ml. Wadah setiap hari pagi diaduk sebagai ganti pengudaraan.
    2. Pemberian makanan berupa algae dapat diganti dengan ragi roti sebanyak 1-2 gram berat basah per 1 juta ekor per hari pada suhu 25
      ° C atau 2-3 gram pada suhu lebih dari 25 ° C. Takaran untuk ragi kering adalah 1/3-1/2 takaran berat basah
    3. Apabila campuran algae tidak bisa diberikan terus-menerus, maka 1-2 jam sebelum panen harus diberi makanan algae secukupnya.
      • Ragi laut (Rhodotorula) dapat juga diberikan sebagai makanan Brachionus. Ragi laut dapat diperoleh dari saluran pembuangan
        pembenihan ikan dan udang laut.
      • Ragi laut dapat ditumbuhkan dengan memupuknya dengan 10 g gula, 1 g (NH4)2SO4, dan 0,1 g KH2PO4 atau K2HPO4 untuk setiap 1 liter air laut, dan ditambah HCl untuk mencapai pH 4. Dalam wadah 500-1000 liter, kepadatannya 100 juta sel/ml.
      • Brachionus yang diberi makan ragi laut mencapai kepadatan 80-120 ekor/ml dalam masa pemeliharaan 25 hari.
  7. Artemia
    1. Makanan utama Artemia adalah katul padi (dedak halus) yang berukuran <>Makanan lainnya : tepung terigu, tepung beras, ragi roti, ragi bir, ragi laut, dedak gamdum, tepung kedele, dan tepung ganggang.
    2. Dedak dilarutkan sebanyak 50-150 gram/l air garam (150 gram dalam 1 liter air), kemudian diblender dan disaring dengan kain saring halus 50 mikron. Larutan dedak diwadahi kantong plastik berdasar kerucut dan diberi slang plastik yang dilengkapi kran untuk pemberian pakan.
    3. Jumlah pemberian pakan ditentukan berdasarkan kekeruhan medium, Artemia dewasa (>2 minggu) kekeruhannya 20-25 cm, dan Artemia berumur <>
      • Usaha Pembesaran
        1. Benih berupa burayak tingkat nauplius instar I yang masih belum perlu makan dengan padat penebaran 1000-3000 ekor/l yang dilakukan pada senja hari.
        2. Pemberian makan untuk umur 1-5 hari, ditandai dengan kekeruhan 15-20 cm dan untuk umur > 6 hari 20-25 cm.
        3. Alat penyaring air mulai dipasang dengan mata saringan yang berangsur-angsur diperbesar sesuai umur Artemia, yaitu 200, 250, 350, dan 450 mikron.
        4. Kadar O2, pH, dan suhu air diamati secara rutin. Aerasi ditambah bila O2 <>
      • Produksi Nauplius
        1. Cara pemeliharaannya sama dengan usaha pembesaran.
        2. Kondisi lingkungan diusahakan agar Artemia dapat berkembang biak secara ovovivipar (melahirkan nauplius), yaitu kadar garam 40-50 permil, suhu 25-30 ° C, kadar O2 4 mg/l, dan pH 7,5-8,5.
        3. Umur 3 minggu Artemia mulai kawin dan setiap 4-5 hari sekali akan beranak dengan jumlah 100-300 ekor. Umur induk dapat mencapai 6 bulan.
      • Produksi Telur
        • Cara pemeliharaannya sama dengan usaha pembesaran.
        • Kondisi lingkungan diusahakan agar Artemia dapat berkembang biak secara ovipar (bertelur), yaitu peningkatan kadar garam dan penurunan kadar O2 .
        • Setelah Artemia dewasa kadar garam dinaikkan sampai 90 permil dengan cara menambah larutan garam pekat secara berangsur-angsur tiap hari.
        • Setelah berumur 4 minggu, ditambah EDTA sampai kadarnya 25 mg/l dalam waktu 1 minggu.
        • Minggu ke-5, kadar O2 diturunkan dengan cara memutuskan aerasi tiap 1 jam selama 10 menit. 1-2 minggu kemudian induk Artemia mulai mengandung telur.
  1. Infusoria
    1. Penebaran bibit Ciliata dilakukan setelah makanan tumbuh, yaitu ±1 minggu setelah persiapan wadah.
    2. Ciliata dapat berkembang biak dalam waktu seminggu, ditandai dengan warna air medium yang berubah jadi keputih-putihan.
    3. Apabila medium budidaya berbau busuk, dilakukan pergantian air secara bertahap dengan menggunakan slang air.
  2. Kutu Air
    1. Pemasukan biibt dilakukan 18-24 jam sesudah pemupukan awal dengan padat penebaran 30 ekor/l.
    2. Perkembangannya akan mencapai puncak dalam waktu 7-10 hari dengan kepadatan 3000-5000 ekor/l.
    3. Makanan kutu air terdiri dari tumbuhan renik dan detritus.
  3. Jentik-jentik nyamuk
    1. Makanan diberikan secara berkala yang terdiri dari ragi, kotoran kelinci dan susu bubuk, atau detritus kering yang berasal dari alam.
    2. Dinding wadah yang ditumbuhi bakteri/lendir harus dibersihkan.
  4. Cacing Tubifex
    Penebaran bibit dilakukan dalam lubang-lubang kecil di atas bedengan (petakan /blok) yang berjarak 10-15 cm dengan jumlah 10 ekor /lubang.
    Masa pemeliharaan cacing sekitar 10 hari.
  5. Ulat Hongkong
    1. Pemberian pakan tambahan berupa buah-buahan dan sayuran yang masih segar.
    2. Pembersihan tempat dilakukan bila media hidup berubah warna jadi agak hitam. Caranya dengan menyaring/mengayak sel media dan ulatnya dengan ukuran saringan tergantung ukuran ulat. Untuk membersihkan kotoran yang agak besar dilakukan dengan menampi.
    3. Dalam waktu 2 minggu, ulat berubah bentuk menjadi kepompong, kemudian kumbang dan membutuhkan makanan lebih banyak.
    4. Kumbang berwarna agak keputihan, kemudian berubah kehitam-hitaman. Setelah 3 minggu kumbang bertelur sebanyak 1000 butir/ekor dan akan menetas 5-6 hari kemudian. Umur induk hanya 1 bulan setelah bertelur.
    5. Ulat yang menetas baru terlihat setelah 2 minggu. Pakan tambahan yang diberikan, terutama sawi putih/sayuran lain yang banyak kandungan airnya.

6.5. Pembuatan Pakan Buatan
Dalam menyusun ramuan untuk pakan buatan harus memperhatikan kadar zat-zat dari masing-masing bahan baku dan disesuaikan dengan kebutuhan.

  1. Bentuk Larutan Emulsi
    1. Sebutir telur itik direbus sampai masak, kemudian diambil kuningnya dan dilarutkan dalam 200 ml air.
    2. Sambil diaduk, tambahkan 40 g tepung kedele halus, 5 g sagu, dan akhirnya 1 g vitamin.
    3. Panaskan larutan sambil tetap diaduk, sampai diperoleh cairan kental seperti lem yang encer. Larutan siap digunakan setelah dingin.
    4. Masa simpan larutan 10 jam dan digunakan untuk makanan burayak ikan yang berumur 3-20 hari.
  2. Bentuk Larutan Suspensi
    1. 20 g kedele direbus sampai masak, agar zat penghambat tumbuhnya hilang, dihaluskan dan diberi air sedikit demi sedikit, kemudian disaring dengan kain mori halus. Telur itik diberi perlakukan serupa dan yang digunakan hanya bagian yang kuning.
    2. Larutan sari kedele dan larutan sari kuning telur dicampur dan diaduk merata.
    3. Digunakan untuk makanan burayak.
  3. Bentuk Roti Kukus
    1. Telur itik dikopyok sampai lumat dan berbuih. Secara berangsur-angsur ditambahkan tepung ikan, tepung terigu, dan tepung susu, sampil terus diaduk dan diberi air sedikit demi sedikit.
    2. Adonan dikukus sampai masak selama 30 menit. Roti yang sudah masak didinginkan dengan kipas angin.
    3. Vitamin B dan C dihaluskan, ditambah tetrasiklin yang telah dibuang kapsulnya dan beberapa tetes vitamin A+D-pleks dan Kalsidol.
    4. Roti kukus yang telah dingin, dibentuk menjadi gumpalan kecil-kecil, kemudian dioleskan pada campuran vitamin dan antibiotik, sambil diremas-remas sampai campuran merata. Roti dapat disimpan dalam lemari es selama 3 hari.
    5. Sebelum digunakan sebaiknya dibuat suspensi, yaitu dengan melarutkannya dalam air melalui kain saringan halus yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran burayak yang akan diberi makan.
  4. Bentuk Pellet
    1. Bahan untuk membuat pelet ada 2 macam, yaitu berupa: tepung kering dan gumpalan (pasta).
    2. Bahan perekat dapat dicampur langsung dengan bahan lainnya saat masih kering, atau disendirikan. Bila disendirikan, bahan tersebut diseduh dulu dengan air mendidih sampai mengental seperti lem encer. Setelah itu bahan perekat dicampur dengan bahan-bahan lainnya.
    3. Pencampuran bahan dimulai dengan bahan yang jumlahnya sedikit dan diakhiri dengan bahan yang jumlahnya paling banyak. Bahan yang berupa pasta dicampurkan paling akhir. Bahan perekat yang dibuat adonan tersendiri, dicampurkan paling akhir. Adonan yang masih kurang basah dapat ditambah air sedikit demi sedikit.
    4. Apabila bahan perekat dicampur langsung dengan bahan-bahan lainnya, maka pembuatan adonan dilakukan dengan air panas sebanyak ± 1/4 berat bahan baku. Pengadukan dilakukan di atas api kecil, agar air tidak cepat dingin.
    5. Pengadukan adonan dilakukan sampai terjadi perubahan warna.
    6. Adonan didinginkan di atas tampir. Apabila menggunakan ragi, maka pencampurannya dilakukan setelah adonan dingin.
    7. Bahan baku yang telah dingin dicetak dengan penggiling daging dan akan diperoleh bentuk batangan-batangan. Batangan basah tersebut dipotong-potong sepanjang 3 cm.
    8. Pelet basah yang telah dipotong-potong dijemur sampai kadar airnya 10- 20%. Pengeringan dihentikan apabila pelet kering, keras dan mudah patah.
    9. Bentuk Remah dan Tepung
      1. Keduanya berasal dari pellet yang sudah kering. Pellet digiling lagi dengan penggiling kopi. Besar kecilnya ukuran butiran tergantung kendor kencangnya setelan gigi-gigi penggilas alat penggiling.
      2. Tepung kasar dan halus dipisahkan dengan ayakan.
        • Untuk benih berumur 20-40 hari, mata saringnya 40-75 sampai 75-105 mikron.
        • Untuk benih berumur 40-80 hari, mata saringnya > 105 mikron.
    10. Bentuk Lembaran
      1. Kuning telur ayam dikopyok sampai lumat, sambil berangsur-angsur ditambah air 100 ml, kemudian ditambah 20 gram tepung terigu.
      2. Adonan dipanaskan sambil terus diaduk sampai adonan mengental menjadi emulsiarutan emulsi yang masih panas dan encer, dioleskan tipis-tipis dan tipis-tipis di atas lempeng aluminium, kemudian dipanggang sampai mengering dan akan mengelupas sendiri.
      3. Lapisan yang telah mengelupas, dikumpulkan. Dalam keadaan demikian mudah pecah-pecah menjadi kepingan-kepingan kecil.

7. HAMA DAN PENYAKIT

  1. Hama dan Penyakit Pakan Alami
    1. Chlorella
      1. Untuk mencegah berkembangnya hama dan pengganggu, medium dibubuhi dengan larutan tembaga sulfat atau trusi (CuSO4) sebanyak 1,5 mg/l. Selain itu air baru yang akan ditambahkan harus disaring dengan kain saringan 15 mikron.
      2. Hama yang sering mengganggu adalah Brachionus, Copepoda, dll. Untuk memberantas hama tersebut dalam wadah 60 liter atau 1 ton dapat dilepas ikan mujair 4-5 ekor.
    2. Kutu Air
      1. Moina yang bergerombol di permukaan menunjukkan mutu medium menurun.
      2. Cendawan yang meningkat pada hari ke-3. Bila cendawan sudah banyak, budidaya dihentikan dan bak dikeringkan.
      3. Bila muncul Brachionus dan Ciliata, budidaya dihentikan dan kolam dicuci dengan larutan klorin 100 ml/m 3 dan dikeringkan.
    3. Jentik-jentik nyamuk tari (Chironomus) dicegah dengan menutup bak dengan kasa nyamuk.
    4. Ulat Hongkong
      Hama yang mengganggu, antara lain : semut, cecak, dan tikus.
      Pencegahan dilakukan dengan mengolesi wadah dengan minyak mesin (Oli).
  2. Gangguan pada pakan buatan
    1. Bahan kimia yang sering mengotori bahan baku adalah obat-obatan pemberantas hama pertanian, terutama pestisida organoklorin.
    2. Kotoran-kotoran, seperti : limbah industri, kotoran dari mesin-mesin pengolahan.
    3. Bahan kimia beracun yang secara alami terdapat dalam bahan baku.

8. PANEN (Panen Pakan Alami)

  1. Chlorella
    Chlorella dipanen dari perairan masal 60 l/ 1 ton dan dapat langsung diumpankan pada ikan.
  2. Tetraselmis
    Cara pemanenan langsung diumpankan dan diambil dari budidaya masal 1 ton.
  3. Dunaliella
    Cara pemanenan langsung diumpankan dan diambil dari budidaya masal 1 ton.
  4. Diatomae
    1. Pemanenan menggunakan alat penyaring pasir yang terbuat dari ember plastik 60 l, yang bagian bawahnya dipasang pipa PVC (d = 5 cm) yang berlubang-lubang kecil sebagai saluran pembuangan air.
    2. Ember diisi kerikil yang berukuran 2-5 mm dan pasir (d = 0,2 mm, koefisien keseragaman 1,80). Tinggi lapisan pasir ± 4/5 bagian dari jumlah seluruh isi pasir dan kerikil, dan ± 8 cm diatas permukaan pasir dibuat lubang perluapan.
    3. Diatomae dari bak pemeliharaan dimasukkan ke dalam bak penyaring pasir dengan pompa air dan akan tersaring oleh lapisan pasir.
    4. Dari lubang pengurasan dipompakan air yang akan menembus lapisan kerikil dan pasir dan meluapkan air beserta Diatomae melalui lubang peluapan kemudian ditampung dalam sebuah wadah.
  5. Brachionus
    1. Panen Brachionus dilakukan pada waktu kepadatannya mencapai 100 ekor/ml dalam jangka waktu 5-7 hari atau 2 minggu kemudian dengan kepadatan 500-700 ekor / ml.
    2. Panen sebagian dapat dilakukan selama 45 hari, dimana 1-2 jam sebelum penangkapan, air diaduk , kemudian didiamkan. Brachionus yang berkumpul di permukaan diseser dengan kain nilon no 200 / kain plankton 60 mikron.
    3. Panen total dilakukan dengan menyedot air dengan selang plastik dan disisakan 1/3 bagian kemudian disaring dengan kain nilon 200 atau kain plankton 60 mikron.
    4. Hasil tangkapan dicuci bersih dan sudah dapat dimanfaatkan.
  6. Artemia
    1. Usaha Pembesaran
      • Panen dilakukan pada umur 2 minggu dan ukuran Artemia mencapai 8 mm. Sebelum penangkapan, aerasi dihentikan selama 30 menit, lalu Artemia yang naik ke permukaan diserok dengan seser kain halus.
      • Artemia dapat langsung dimanfaatkan atau disimpan dalam freezer.
    2. Produksi Nauplius
      Penangkapan dilakukan dengan memanfaatkan kotak keping penyaring yang dilengkapi saringan 200 mikron pada ujung pipa peluapannya.
      Nauplius diambil setelah yang terkumpul dalam jumlah banyak.
    3. Produksi Telur
      • Cara penangkapan sama dengan produksi nauplius
      • Telur dicuci bersih dan direndam 1 jam dalam larutan garam 115 permil, dikeringkan selama 24 jam, 35-40 ° C.
      • Penyimpanan dilakukan di kantong plastik yang diisi gas N2/kaleng hampa udara.
  7. Infusoria
    Infusoria dipanen dalam waktu 1 minggu, ditandai dengan perubahan warna medium menjadi keputih-putihan.
  8. Kutu Air
    Pemanenan dilakukan dengan menghentikan aerasi, penyedotan dan penyaringan medium dengan saringan ukuran 200-250 mikron dan 800-1500 mikron untuk memisahkan dari jentik-jentik nyamuk.
  9. Cacing Tubifex
    1. Panen dilakukan setelah 10 hari dengan cara memungutnya dengan tangan beserta lumpurnya, kemudian dicuci.
    2. Panen total dilakukan apabila kondisi tanah dan medium tidak dapat menyediakan makanan lagi.
  10. Ulat Hongkong
    Pemanenan dilakukan jika larva ulat berumur 2 bulan dan berukuran 1,5-2 cm. Caranya dengan menggunakan alat penyaring/ayakan dengan agak besar.

9. PASCAPANEN (Pakan Alami)

  1. Hasil panen phytoplankton dapat langsung dimanfaatkan atau disimpan dalam bentuk basah/kering, setelah dikonsentratkan dengan plankton net, plate separate, atau centrifuge.
  2. Penyimpanan stok murni phytoplankton dilakukan dalam media cair/agar dan disimpan dalam lemari pendingin dengan masa simpan 1 bulan.

SUMBER, WARINTEK - Menteri Negara Riset dan Teknologi