Kamis, 25 Desember 2008

WASPADA!!!! RESTOCKING KERANG ABALONE !!!! ATAU KITA AKAN MENYESAL




Abalone merupakan kekayaan laut yang sangat diminati, akan tetapi masyarakat masih belum begitu mengenal apalagi untuk mengembangkannya, hal ini sangat ironis sekali mengingat pemerintah khususnya departemen kelautan dan perikanan masih setengah hati untuk mempublikasikan teknologi tentang pembenihan dan pembudidayaannya.
Untuk mendapatkan stock benih abalone yang memadahi sangat mustahi kita dapatkan tanpa adanya desiminasi dari instansi – instansi pemerintah. Sementara Abalone memiliki rentang waktu yang lama hingga mencapai ukuran konsumsi, hal ini sangat mengkawatirkan dengan kelangsungan hidupnya dialam, sementara para petani berlomba-lomba mengeksploitasi kerang abalone ini karena harganya yang memang relative mahal. Bagaimana dengan generasi nanti????
Sedikit Solusinya yang saya tawarkan:

  1. Pemerintah khususnya departemen perikanan dan kelautan tidak seharusnya berpangku tangan menyikapi fenomena ini. Paling tidak pemerintah harus mencanangkan program restoking nasional pada sentra-sentra abalone seluruh Indonesia.
  2. Pemerintah khususnya departemen perikanan dan kelautan harusnya selektif dengan anggaran Negara ini khususnya masalah abalone mengingat teknologi pembenihan abalone sudah sangat memadai untuk melakukan restocking.
  3. Pemerintah khususnya departemen perikanan dan kelautan, harus merubah paradigma berpikir khususnya unit-unit yang ditunjuk sebagai motor pengembang abalone untuk lebih memfokusksn untuk memasyarakatkan tehnologi ini lewat desiminasi-desiminasi.
  4. Pemerintah khususnya departemen perikanan dan kelautan harus mebuat sebuah UU yang mengatur tentang perdagangan abalone tersebut seperti pada ikan sidat sehingga kelangsungan hidup abalone di alam tdak mengalami kepunahan.

Hal diatas saya ungkapkan karena unit-unit yang menagani abalone belum sepenuhnya melakukan desiminasi sehingga masyarakat khususnya yang dekat dengan unit-unit pengembangan abalone tersebut belum mengenal apa-apa dengan teknologi mengenai abalone tersebut.
Apa kata dunia ?? kalau generasi yang akan datang hanya bisa melihat abalone hanya dari pustaka??

Rabu, 17 Desember 2008

FORMULASI PAKAN INDUK IKAN AIR TAWAR

Masalah krusial dalam pengembengan budidaya ikan air tawar antara lain adalah terbatasnya benih yang baik mutunya dan cukup jumlah sesuai dengan kebutuhan. Perkembengan budidaya ikan air tawar relatif lambat dibandingkan dengan budidaya ikan laut, padahal budidaya ikan air tawar sudah lebih dahulu berkembang di masyarakat. Usaha pembenihan masih dilakukan secara sederhana, sehingga produksi benih massah guna mendukung pembudidayaan intensif masih menjadi kendala. Benih berkualitas tidak hanya ditentukan oleh faktor genetika, namun ditentukan oleh faktor kesehatan dan pakan yang diberikan kepada induk.

Material pakan yang diberikan pada induk akan diakumulasikan dalam telur sebagai cadangan energi pada saat perkembangan stadium awal. Informasi kebutuhan gizi induk untuk kepentingan produksi benih yang baik masih sedikit dan umumnya standar gizi pakan yang digunakan masih mengandalkan kriteria umum untuk kegiatan pembesaran, padahal kebutuhan nutrien induk sangat spesifik.

Defisiensi nutrien induk, antara lain asam amino esensial, asam lemak, vitamin dan mineral akan berakibat terhadap kegagalan proses pemijahan dan menurunnya kualitas benih yang dihasilkan. Pematangan gonad terjadi bila terdapat kelebihan energi. Kekurangan energi dapat meningkat oosit yang mengalami atresia. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan pada beberapa ikan laut dan tawar dapat diketahui bahwa pemberian pakan induk yang baik dapat meningkat performa induk dalam perkembangan gonad, kualitas pemijahan dan kualitas larva (Mokoginta, et al 1995 dan Izquirdo, et al. 2001).

Diantara semua nutrien utama penyusun pakan ikan, protein adalah yang paling penting tetapi harganya relait mahal. Dalam penyusunan formulasi pakan, yang diinginkan adalah kebutuhan minimum protein untuk mendukung pertumbuhan dan konversi pakan. Nmun pada induk protein pakan harus dilakukan secara kecukupan guna memelihara gonad dan penampilan reproduksi. Ikan gurame yang diberi pakan dengan kadar protein rendah (15%) perkembangan ovarynya relatif lambat dibandingkan dengan induk yang diberi pakan dengan kadar protein pakan lebih dari 25%. Demikian pula halanya terhadap kualitas persentase induk yang memijah, kualitas telur dan larva bahwa yang diberikan pakan dengan protein tinggi jauh lebih baik. Kebutuhan protein pakan untuk induk ikan mas, nila, lele dan patin sebesar 35% sedangkan ikan gurame dan betutu antara 35-40% (BRPBAT, 2003).

Kandungan lemak pakan mempunyai peran penting bagi ikan tropis, karena selain sumber energi juga untuk memelihara bentuk dan fungsi membran atau jaringan dan steroid yang penting bagi organ tubuh tertentu serta untuk mempertahankan daya apung tubuh. Pakan dengan protein tinggi tetapi tidak memiliki kecukupan yang berasal non-protein maka akan menyebabkan adanya konversi protein menjadi energi sehingga mempengaruhi akrvitas reproduksi. Apabila kadar lemak terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya akumulasi berlebihan dalam ovarium yang mengakibatkan gangguan pada perkembangan gonad dan aktivitas reproduksi. Oleh karena itu perbandingan yang tepat antara protein dan lemak perlu diketahui. Hasil penelitian menunjukkan pakan induk ikan mas yang mengandung protein 35% dan lemak 7,5% telah dapat mempercepat pematangn gonad menjadi 1,5 bulan yang biasanya memerlukan 3 bulan. Pakan induk patin yang baik mengandung protein 35% dan lemak 8%. Kadar lemak pakan untuk ikan nila 10% dan gurame 12% (BRPBAT, 2003).

Vitamin berfungsi sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biokimia metabolisme tubuh. Sebagian besar vitamin tidak disintesis tubuh atau disintesis tapi dalam jumlah tidak mencukupi. Vitamin yang memiliki peran dominan dalam reproduksi adalah vitam E dan C. Dari beberap penelitian ikan mas yang diberi pakan defisiensi vitamin E perkembangan gonadnya lambat dibandingkan dengan yang diberi pakan dengan berkecukupan vitamin E. Dosis vitamin E untuk ikan lele, patin dan jelawat sebesar 150 mg.kg pakan. Pemberian vitamin E sebanyak 380 mg/kg pakan pada ikan gurame memberikan respon terbaik, daya tetas mencapai 95%, derajat pembuahan 97,7% dan proses pematangan gonad relatif singkat yaitu 58 gri dibandingkan kontrol memerlukan 91 hari. Sealin itu fekunditas meningkat pada ikan yang diberi pakan dengan ditambahkan vitamin E 300 mg/ kg pakan dan vitamin C 500, mg/kg pakan, askorbil monofospat (BRPBAT, 2003).

Hasil kegiatan perekayasaan BBPBAT tahun 2003 pada induk ikan lele dumbo yang diberi pakan yang diperkaya, yaitu protein 34,75%, vit E 200-300 dan C 400-500 mg/kg pakan, serta mineral Mn dan Zn masing-masing 400-500 mg/kg pakan menghasilkan induk dengan matang gonad mencapai 39,11%, fekunditas telur per kg 191.643 butir dan derajat kelangsungan hidup 88,52% (Yuani, M., dkk. 2003). Dari hasil perekayasaan ini perlu diaplikasikan dalam skala lapangan, maka untuk tahun anggaran 2007 akan diproduksi pakan formula untuk induk ikan lele dumbo yang akan diterapakan dalam skala usaha, sehingga akan teruji pengaruh perbaikan kualitas pakan terhadap peningkatan produksi benih dan keuntungan bagi para pembenih.

Selain itu dalam perekayasaan ini akan dilakukan formulasi pakan untuk induk ikan nila. Ikan ini merupakan ikan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat, sehingga dari segi pakan induknya perlu disediakan sehingga para pembudidaya akan terbantu guna peningkatan produksinya.