Minggu, 20 Juli 2008
PEMBENIHAN ABALONE (haliotis asinina)
Abalone (Haliotis sp.), merupakan komoditas yang belum banyak dibudidayakan. Selama ini untuk memenuhi permintaan pasar, hanya mengandalkan kegiatan penangkapan yang sangat beresiko terhadap kelestariannya, karena tidak memperhitungkan ukuran dan kuota penangkapan.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan, Loka Budidaya Laut Lombok mengemban amanah untuk menyebarluaskan hasil-hasil perekayasaan, termasuk perekayasaan pemijahan dan pembesaran Abalone. Dan sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat, tim pembenihan abalone Balai Budidaya Laut Lombok membuat prosedur kerja teknik pembenihan abalone.
PROSEDUR KERJA
A. Persiapan Laboratorium
Persiapan laboratorium dilakukan untuk mempersiapkan laboratorium /hatchery abalone sehingga memudahkan pada saat akan dilakukannya kegiatan. Persiapan yang telah dilakukan antara lain adalah:
1. Pengaturan ruangan; Beberapa ruangan yang ada di dalam laboratorium akan diatur menurut fungsinya masing-masing yaitu ruang gudang, ruang staf, ruang pemeliharaan induk dan larva, ruang pemijahan dan ruang kultur diatom.
2. Setting sistem aerasi; Perbaikan dan pemasangan instalasi airasi yang diharapkan akan mensuplai udara secara proporsional kedalam wadah-wadah yang digunakan untuk kegiatan manajemen induk, pemijahan dan pemeliharaan larva.
3. Persiapan wadah; Wadah-wadah yang dipersiapkan antara lain adalah: bak tandon air laut, bak beton vol 2 ton untuk pemeliharaan induk, akuarium volume 200 liter (2 buah) yang digunakan sebagai wadah kultur Isochrysis, dan Nitzchia sp. akuarium vol 100 untuk pemijahan dan pemeliharaan larva.
B. Pemeliharaan Induk abalone
1. Persiapan wadah
Sebelum melakukan pemeliharaan induk, terlebih dahulu mempersiapkan wadah yang berupa bak beton kapasitas dua ton (2x1x1) m3 antara lain: Volume air yang digunakan air air sebanyak 1 ton sehingga ketinggian air / media pemeliharaan induk adalah 50 cm, pemasangan shelter / tempat berlindung induk, pemasangan sistem airasi yang kuat dan merata, pemasangan sistem sirkulasi air 24 jam (minimal penggatian air 100% / hari).
2. Seleksi Calon Induk di Lokasi Penangkapan
Induk yang dipelihara berasal dari hasil tangkapan yang dilakukan oleh masyarakat. Untuk memilih induk hasil tangkapan ini, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Sehat; Gerakan lincah, menempel dengan keras, warna badan tidak pucat
- Tidak cacat/luka; Cangkang sempurna (tidak pecah), badan/daging utuh tidak tergores
- Ukuran cangkang; Minimal 3 cm., maksimal 5 cm.
3. Seleksi Induk di Laboratorium/Hatchery
Seleksi induk dilakukan untuk mempermudah kegiatan pemeliharaan induk dan pemijahan. Beberapa langkah yang dilakukan dalam kegiatan seleksi ini adalah:
a. Pemisahan berdasarkan jenis kelamin; dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Jantan, dengan warna gonad ekrem/gading
2) Betina dengan warna gonade biru/biru kehijauan
b. Pemisahan berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad; dengan kriteria sebagai berikut:
1) Tingkat Persiapan : isi gonad 0 – 50%.
2) Tingkat Intensif : isi gonad 50% – 75%.
3) Tingkat Pemijahan: isi gonad ≥ 75%.
4. Pemberian aerasi dan shelter dalam bak pemeliharaan induk
Aerasi diberikan sampai dasar dan kuat, shelter untuk tempat berlindung induk terbuat dari pecahan/potongan pipa PVC dengan diameter > 2”.
5. Pergantian dan sirkulasi air
Pergantian air secara total dilakukan setiap hari dan dilanjutkan dengan sirkulasi air apabila suplai memungkinkan.
6. Pemberian pakan
Pemberian pakan berupa alga (Gracillaria sp. dan Hypnea sp.) dengan dosis 25% TBW / hari.
7. Penyiphonan
Penyiphonan dasar bak setiap 2 hari sekali untuk membuang kotoran dan sisa pakan yang busuk.
8. Pencucian Bak
Pencucian bak 1 kali seminggu untuk mencegah permukaan bak ditumbuhi teritip dan memutus siklus hidup hewan penggangu seperti kepiting.
9. Pengamatan dan sampling induk
Pengamatan induk dilakukan setiap hari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi induk secara keseluruhan.
10. Seleksi Induk Matang Gonade
Seleksi induk matang gonad sekali satu bulan setiap 2 atau 3 hari sebelum bulan purnama. Induk yang matang gonad akan diambil dan dipelihara secara lebih intensif dalam wadah yang lain untuk persiapan pemijahan.
B. Kultur Diatomae
Kultur diatom adalah suatu kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka menyediakan diatom dalam jumlah yang memadai untuk pakan larva/juvenil abalone. Kegiatan ini dilakukan didalam laboratorium / hatchery abalone dengan spesis yang sudah ditentukan yaitu Nitzchia sp. dan Isochrysis sp. Wadah yang digunakan adalah akuarium vol 100 –200 liter yang akan dilengkapi dengan rearing plate dan penerangan lampu neon 40 Watt.
C. Prosedur Pemijahan Abalone
Pemijahan akan dilakukan sebulan sekali pada saat bulan purnama dengan menggunakan wadah berupa akuarium volume 100 liter yang sudah dilengkapi dengan sistem airasi dan penutup (cover) dari waring. Langkah langkah dilakukan dalam kegiatan pemijahan adalah:
1. Penggunaan media pemijahan berupa air laut yang telah disaring;
2. Penggabungan induk matang gonad hasil seleksi yaitu induk dengan gonad 75% atau lebih yang terisi sperma/telur. Perbandingan berdasarkan jenis kelamin yang akan digunakan dalam satu wadah pemijahan adalah 1 ekor jantan untuk 3-4 ekor betina.
3. Penggelapan ruangan pada malam hari dan pengamatan proses pemijahan yang akan dilakukan setiap malam sejak penggabungan induk sampai dengan terjadinya pemijahan.
4. Pemindahan/panen telur dilakukan dengan cara penyiphonan untuk kemudian dipindahkan kedalam wadah penetasan sekaligus pemeliharaan larva.
D. Prosedur Penanganan Larva Abalone
Pemeliharaan larva dimulai dari kegiatan pengumpulan/pengambilan trochopora abalone. Trocophora diambil 5-6 jam setelah pemijahan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Airasi pada media pemijahan dimatikan untuk mengendapkan telur yang tidak terbuahi sehingga trocophora abalone akan mengapung dan mudah untuk dikoleksi. Pengambilan trocophora abalone dilakukan dengan mengalirkan bagian atas media pemijahan menggunakan selang plastik ½ cm, media yang dipenuhi trocophora itu ditampung dalam bak penampungan yang dilengkapi net 100m.
b. Trocophora yang terkumpul dalam plankton net dipindahkan kedalam rearing tank yang dilengkapi dengan sistem sirkulasi dengan diberi airasi sampai pada stadia veliger.
c. Media larva rearing dilengkapi dengan rearing plate yang sudah ditumbuhi bentik mikro alga.
d. Airasi diberikan secara halus dan merata untuk memberi kesempatan menempel pada larva.
e. Pakan yang diberikan adalah Isochrysis sp dan Nitszchia sp, dan mulai diberikan pada saat larva mencapai umur D5 .
f. Pemeliharaan D1 – D10 kondisi air akan dibiarkan statis dan diberi airasi yang lemah pada saat larva mencapai umur;
PENUTUP
Keberhasilan dalam kegiatan pembenihan Abalone memerlukan keahlian khusus yang didapat dari pengalaman eksperimental. Oleh karena perlu untuk di susun metode kerja proses pembenihan Abalone, sehingga dapat mengembangkannya di kemudian hari.
Mudah-mudahan metode kerja proses pembenihan abalone ini dapat diserap oleh masyarakat luas dan diaplikasikan untuk peningkatan pendapatan masyarakat.
BUDIDAYA IKAN KERAPU BEBEK DI KARAMBA JARING APUNG
Beberapa model dan metode pembudidayaan ikan Kerapu Bebek terus di gali dan diteliti untuk mendapatkan salah satu model pembudidayaan yang paling efisien. Beberapa model yang sudah diterapkan adalah metode keramba jaring apung dan tambak. Belakangan ini usaha budidaya ikan Kerapu Bebek dengan metode karamba jaring apung makin marak di NTB. Model ini dirasakan paling cocok untuk diterapkan di daerah NTB,mengingat kondisi spesifik alam yang mendukung. Metode ini masih memberikan harapan yang optimis melalui pemanfaatan kolom air permukaan suatu kawasan budidaya.
Hasil tangkapan dari nelayan jarang sekali bisa bertahan hidup. Ini lantaran alat tangkap yang digunakan kurang mendukung. Penggunaan bubu, bagan, atau pancing sebagai alat tangkap sering membuat ikan terluka sehingga melemahkan kondisi tubuhnya, mengingat hal tersebut potensi budidaya di KJA sangat menjanjikan (Anonim.1994).
Metode KJA merupakan metode akuakultur yang paling produktif. Beberapa keuntungan yang dimiliki metode KJA, yaitu tingginya padat penebaran, jumlah dan mutu air yang selalu memadai, tidak diperlukannya pengelolaan tanah, mudahnya pengendalian gangguan pemangsa, dan mudahnya pemanenan. Agar budidaya ikan di KJA berhasil maka pemasangan KJA tidak dilakukan disembarang tempat, harus dipilih lokasi yang memenuhi aspek teknis dan sosial ekonomis(Sunyoto.1994).
Lima persyaratan utama dalam pembudidayaan ikan di laut adalah ketersediaan benih, lingkungan yang memadai, stock pakan yang cukup, sumberdaya manusia dan penguasaan teknologi pembudidayaan (Kriswantoro, Sunyoto. 1986).
II. BAHAN DAN PERALATAN, METODE
2.1 BAHAN DAN PERALATAN
Bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah :
- Karamba jaring apung : sebagai sarana / wadah pemeliharaan
- Benih ikan Kerapu Bebek
- Pakan ikan rucah : (rincian terlampir)
- Pakan buatan : (rincian terlampir)
- Feed additive ikan pembesaran : menambah asupan nutrisi oleh ikan Kerapu Bebek
Adapun peralatan yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah :
- Jaring pengganti : mennganti jaring yang sudah kotor
- Keranjang pakan : menampung pakan dalam freezer
- Keranjang sortir : memilah dan memisahkan ikan ssesuai ukuran
- Pemotong ikan rucah
- Timbangan duduk : untuk sampling
- Tali PE 4mm : untuk mengikat jaring di KJA
- Scoopnet besar : menangkap ikan
- Scopnet kecil : mengambil sisa kotoran / ikan mati di dasar jaring
- Bak kap. 30 liter : untuk perlakuan pengobatan dan perendaman ikan dengan multivitamin
- Ember
- Tali coban : menjahit / perawatan jaring yang robek
- Lambit
- Aerator batery : dipakai pada saat ikan diberi perlakuan dalam bak/ember
- Jas hujan
2.2 Metode
Kegiatan dibagi menjadi 2 kegiatan pokok, yakni ; Analisa Usaha dan pemasaran.
2.2.1 Persiapan
a. Persiapan Sarana Pemeliharaan
Kegiatan persiapan sarana pemeliharaan yang dilakukan adalah ;
- Setting waring hitam ukuran 1,2x1,2x1,5 m di KJA. Waring hitam dianggap baik karena disamping harganya murah juga memudahkan dalam kegiatan grading dan yang paling penting waring hitam terbuat dari bahan yang lembut sehingga cocok untuk ikan kecil, bahannya kuat dan dapat dipergunakan berulang kali dan tahan terhadap binatang pengganggu.
- Kebersihan di atas KJA, meliputi pemberantasan hama budidaya, seperti kepiting dan ular laut yang banyak bersembunyi di atas pelampung styrofoam. Permukkan pelampung juga harus dibersihkan dari teritip dan rumput laut liar.
- Pemasangan shelter. Shelter dipakai dari bahan pipa PVC diameter 3 “ panjang 25-30 cm. Untuk 1 waring bisa digantungkan 3-4 shelter. Shelter dapat berguna untuk mengurangi stress pada ikan sehingga dapat mengurangi gejala penyakit. Setelah terpasang shelter, pada begian atas waring perlu dipasang cover. Cover berguna untuk memberikan efek teduh bagi ikan peliharaan.
2.2.2 Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dimulai dari kegiatan sebagai berikut ;
a. Penebaran Benih
Benih Kerapu Bebek bebek dengan padat tebar per waring adalah 100 – 200 ekor melihat ukuran dari karamba. Benih yang datang siap tebar langsung diadaptasikan di atas KJA. Dalam penebaran benih adaptasi dilakukan sebagai berikut :
1. Membuka box/styrofoam di tempat yang agak gelap agar ikan tidak terkejut.
2. Meletakkan kantong ikan yang belum terbuka terendam dalam air pada lokasi pemeliharaan selama 10 – 20 menit agar suhu di dalam kantong dan di luar menjadi sama.
3. Melepaskan ikan melalui bukaan kantong plastik dan ditampung di box semula.
4. Aliri box/styrofoam dengan air sebanyak 200 – 300 %.
5. Ikan siap ditebar ke dalam wadah pemeliharaan .
b. Pengelolaan Pakan
Pakan yang digunakan adalah dari jenis ikan rucah dan pakan buatan. Pakan dipotong kecil-kecil sesuai dengan bukaan mulut benih dengan jumlah potongan yang dikonversikan dengan jumlah ikan. Beberapa hal yang penting dalam penanganan pakan adalah :
1. Pakan ikan rucah harus dalam keadaan segar
2. Sisa potongan pakan harus segera dibekukan ke dalam freezer
3. Pakan yang beku harus dicairkan terlebih dahulu secara benar sebelum diberikan pada ikan.
4. Pellet tidak boleh disimpan lebih dari 3 bulan
5. Pellet yang sudah berubah bau dan warna sebaiknya tidak diberikan pada ikan
c. Pengamatan Pertumbuhan
Untuk mengetahui pertumbuhan ikan dilakukan pengukuran dan sampling setiap satu bulan sekali. Disamping itu, untuk pengamatan pertumbuhan ikan juga perlu melakukan monitoring kondisi ikan yang berguna untuk mencegah timbulnya penyakit dan penyakit dapat ditanggulangi secara dini sebelum parah. Untuk memastikan bahwa ikan sehat, pengawasan dan monitoring sangat penting dilakukan. Pengawasan dan monitoring yang dilakukan meliputi pengawasan pakan dan lingkungannya serta membuat rekorcd yang baik tentang ukuran ikan, model kematian, perlakuan yang diberikan.
2.3. Faktor kegagalan
Di dalam budidaya dengan sistem KJA kendala yang biasa dihadapi adalah :
- Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit yang biasa timbul disebabkan oleh jeleknya mutu bibit, selain itu adanya keadaan perairan yang kurang memadai seperti dekatnya dengan kawasan industri, jalur pelayaran kapal laut, dll. hal ini dapat diantisipasi dengan pemilihan bibit yang baik, dan pemilihan lokasi budidaya yang tepat.
- Bencana Alam
Adanya siklus badai yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun sekali, yang terjadi pada bulan Pebruari, hal ini dapat diantisipasi dengan penempatan karamba di daerah terlindung seperti teluk yang tidak terkena siklus badai tersebut, atau menarik karamba ketepian pada bulan-bulan badai (Pebruari).
- Keamanan
Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya pencurian terhadap kerapu di KJA, kita berlakukan jaga malam dengan memperketat dan menambah jumlah orang yang jaga malam pada saat ikan mulai menginjak usia konsumsi.
Faktor-faktor yang sering timbul diatas, selama ini mampu kita antisipasi sebelumnya, sehingga sejauh ini tidak sampai berpengaruh buruk terhadap kegiatan budidaya ikan kerapu di KJA.
III. PEMASARAN HASIL
A. Pemasaran Kerapu Bebek
Umumnya ikan kerapu bebek pemasarannya akan melalui pedagang, pengumpul, atau agen. Jalur perdagangan ini akan semakin panjang untuk skala ekspor karena penyertaan eksportir, importir pedagang besar, agen, ataupun pedagang pengecer. Setiap pelaku dalam jalur pemasaran ini akan mengambil keuntungan. Harga iakn kerapu bebek sangat relatif antara Rp. 200 – 300 ribu/kg, tergantung dari panjang pendeknya jalur pemasaran serta kualitas dari ikan kerapu tersebut.
Dalam pemasaran ikan kerapu bebek dapat dibedakan atas pasar dalam negeri atau lokal dan pasar luar negeri atau ekspor. Apapun bentuk pasar yang dipilih, pemasaran akan berhasil baik kalau kualitas dan kuantitasnya memungkinkan.
1. Pemasaran Dalam Negeri
Pemasaran ikan kerapu sebenarnya tidak mengalami masalah yang berarti, akan tetapi permasalahan itu muncul ketika lokasi budidaya itu jauh dari pedagang pengumpul dan produksinya relatif sedikit.
Untuk pasar lokal yang dekat dan jumlah produksinya banyak umumnya jalur pemasaranya adalah produsen—pengumpul—agen—pedagang pengecer—konsumen atau produsen--pengumpul—pedagang pengecer—konsumen. Jalur yang pendek tentu menyebabkan biaya transportasi dan biaya rugi laba akan lebih kecil sehingga harga di pengumpul dan konsumen juga rendah, hanya saja penyerapan pasar lokal untuk ikan kerapu konsumsi masih sangat rendah karena belum membudaya. Diperkirakan pasar lokal baru menyerap sekitar 5 % dari produksi yang ada.
2. Pemasaran Luar Negeri
Pasar yang lebih banyak jalurnya untuk tiba ke konsumen serta dalam wilayah yang lebih luas dan potensial adalah pasar luar negeri. Untuk mendapatkan pasar luar negeri ini, diperlukan proses yang panjang dengan pengetahuan dan wawasan yang luas, terutama tentang perilaku dan permintaan pasarnya. Proses tersebut meliputi pengetahuan potensi pasar di tiap wilayah atau negara, jalur perdagangan dan jaringan yang ada disuatu negara saat itu, cara menarik atau mencari pembeli, kualitas, jenis, jumlah kebutuhannya serta pengemasan dan transportasinya.
B. Permintaan Dan Pasokan Kerapu
Permintaan akan ikan karang terutama kerapu sangat meningkat dalam dua dekade terakhir. Volume ikan hidup yang diperdagangkan di kawasan ini diperkirakan 53.000 ton, 30.000 ton diantaranya adalah kerapu. Sekitar 65% diantaranya diserap atau diperdagangkan di Hongkong dan Cina Daratan dengan nilai hampir setengah milyar dolar Amerika (Johannes and Riepen 1995; Lau and Parry-Jones 1999; Pawiro 2002) dalam (Achmad 2003). Sekitar dua pertiga kebutuhan tersebut dipenuhi dari tangkapan, sisanya dari budidaya.
Ikan karang hidup yang diimpor ke Hong Kong ternyata sebagian besar disalurkan ke Cina Daratan, yang merupakan pasar terbesar. Estimasi proporsi ikan karang hidup impor Hong Kong yang dipasaekan ke Cina bervariasi antara 10-20% (Lau and Parry-Jones, 1999) sampai dengan 55-60%(Chan,2000). Pasar berikutnya adalah Taiwan, namun demikian jumlahnya semakin menurun karena Taiwan sudah mulai menggiatkan budidaya untuk memenuhi kebutuhan lokal.
Pemasok utama ikan karang hidup ke Hong Kong adalah Indonesia, Philippines, Australia, Maldives, Vietnam, Malaysia Thailand (Graham,2001). Indonesia juga dikenal sebagai pemasok utama ikan karang hidup yang berasal dari tangkapan alam yaitu sekitar 50%, bahkan di tingkat Asia Tenggara 60% pasokan ikan karang hidup dari tangkapan alam dihasilkan oleh Indonesia. Secara proporsional pasokan ikan ke Hong Kong dari berbagai negara adalah sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:
NEGARA | PASOKAN (%) |
Indonesia | 35 |
Malaysia | 30 |
Australia | 13 |
Thailand | 11 |
Philippines | 5 |
Vietnam | 5 |
Maldives | 1 |
Singapura | 1 |
Kepulauan Salomon | <1 |
Di dalam dunia bisnis analisa usaha merupakan kegiatan yang sangat penting, dari analisa usaha tersebut dapat diketahui besarnya keuntungan usaha tersebut, analisa usaha ikan Kerapu Bebek sangatlah bervareatif, hal ini disebabkan oleh perhitungan biaya operasional yang dipengaruhi oleh besarnya unit usaha, jenis alat dan bahan yang digunakan, letak lokasi usaha, dan masih banyak lagi, oleh karena itu maka kami sebagai UPT pusat yang ada di daerah diharapkan sebagai tonggak kerjasama dengan instansi-instansi terkait yang ada didaerah dalam rangka memasyarakatkan teknologi budidaya Kerapu Bebek dengan sistem KJA ini untuk, berusaha semaksimal mungkin dalam membantu dan menjadi percontohan para investor lokal (pengusaha kelas menengah ke atas ) dan PMA (Penanam Modal Asing) serta para petani dan nelayan yang tergabung dalam kelompok tani maupun koperasi, untuk mencoba membudidayakan ikan Kerapu Bebek dengan sistem jaring apung (KJA). Besarnya biaya yang tercantum dalam analisa usaha ini bisa berubah setiap waktu, sesuai dengan kondisi dan besar usaha serta pasar setempat. Keuntungan kerja sama ini bisa menekan biaya sarana dan prasarana serta operasional, seperti peralatan kerja, serta tenaga ahli yang profesional dan lain-lain. Contoh analisis usaha ini dibuat dengan perhitungan biaya pembuatan rakit dari kayu dengan pelampung drum plastik.
PERHITUNGAN ANALISA USAHA
NO | NAMA BARANG | VOLUME | HARGA SATUAN (Rp) | JUMLAH (Rp) | |
1 | Balok 8 x 12 x 4 m | 28 | BTG | 45.000,- | 1.260.000,- |
2 | Papan 3 x 25 x 4 cm | 24 | BTG | 25.000,- | 600.000,- |
3 | Pelampung plystyrene | 15 | BH | 300.000,- | 4.500.000,- |
4 | Tali PE 8 mm | 20 | KG | 22.500,- | 450.000,- |
5 | Tali jangkar 22 mm | 80 | KG | 22.500,- | 1.800,000,- |
6 | Jangkar 50 kg | 4 | BH | 22.500,- | 90.000,- |
7 | Baut d. 1 cm x 26 cm | 40 | BH | 10.000,- | 400.000,- |
8 | Paku papan | 8 | KG | 12.500,- | 100.000,- |
9 | Paku balok | 8 | KG | 12.500,- | 100.000,- |
10 | Rumah Jaga | 20 | BH | 25.000,- | 500.000,- |
11 | Jaring PE 1 ¼ “ D 18 | 4 | UNIT | 1.800.000,- | 7.200.000,- |
TOTAL (1a) | 17.000.000,- | ||||
Jumlah total 4 rakit | 68.000.000,- |
B. Sarana Dan Prasarana
No | Nama Barang | Harga |
1 | Perahu motor | 7.000.000,- |
2 | Bak penampungan | 800.000,- |
3 | Aerator DC + ACCU | 500.000,- |
4 | Tabung oksigen | 500.000,- |
5 | Timbangan, serok dll | 500.000,- |
| Jumlah Total ( 1b) | 9.300.000,- |
| Jumlah (Ia + Ib) | 77.300.000,- |
Biaya operasional terdiri atas biaya-biaya sebagai berikut
No | Nama Barang | Harga |
1 | Perawatan 10% dari investasi | 7.733.000,- |
2 | Penyusutan | 6.000.000,- |
3 | Bunga modal 19% dari investasi | 14.687.000,- |
4 | Pungutan ijin usaha: 2% dari investasi | 15.460.000,- |
| Jumlah Total ( 2a) | 43.877.000,- |
No | Nama Barang | Harga |
1 | Biaya pengadaan benih, 4.200 ekor @ 10.000,- | 42.000.000,- |
2 | Pembelian pakan rucah 3.780 x 2 x 5.000,- | 37,800.000,- |
3 | Bahan bakar bensin 300 liter @ 1.800,- | 540.000,- |
4 | Obat-obatan 1 paket | 500.000,- |
5 | Upah Teknisi 400.000,- x 15 bulan | 6.000.000,- |
6 | Upah Jaga malam 150.000,- x 15 bulan | 2.250.000,- |
| Jumlah Total ( 2b) | 89.090.000,- |
| Total biaya operasional (2a + 2b) | 132.967.000,- |
III. Penerimaan
No | Kegiatan | Jumlah |
1 | Produksi per musim 80% x 9.450 = 3.780 kg x 250.000,- | 945.000.000,- |
2 | Jumlah biaya operasional | 89.090.000,- |
3 | Laba operasional (3a-2a) | 901.123.000,- |
4 | Laba bersih sebelum pajak (3a-2b) | 855.910.000,- |
5 | Laba bersih per musim | 945.000.000,- |
IV. Analisis Biaya Manfaat
A. Arus Kas (dalam 1 tahun)
= Laba bersih + Penyusutan
= Rp. 945.000.000,- + Rp. 6.000.000,-
= Rp. 939.000.000,-
B. Rentabilitas Ekonomi
X 100% (Investasi + Biaya operasional) | ||||
= X 100% (77.300.000,- + 89.090.000,-) |
=
= |
541,5 > 19% Sangat Layak Usaha
C. Rasio Perbandingan Antara Penerimaan B (R/C)
945.000.000,- = = | ||||
10,6 > 1 Sangat layak usaha |
D. Jangka waktu Pengembalian
(Investasi + Biaya operasional) = Arus Kas | ||
132.967.000,- + 89.090.000,- = 939.000.000,- | ||
= | ||
0.23 tahun (2,76 bulan) |
E. Titik Impas
Keterangan: FC= biaya tetap VC= biaya operasional S = Penerimaan dari hasil penjualan = 1 - | ||||||
S 43.877.000,- = 1 - | ||||||
= | ||||||
43.876.999,85 |
Oleh karena itu usaha ini selain bisa dilakukan oleh para pengusaha menengah keatas dan usaha-usaha PMA (Penanaman Modal Asing), juga oleh nelayan dan petani ikan yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani dan koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
- Adji, T.P. 2001. Beberapa aspek pemasaran ikan karang. Dalam Aliah, R.S., Herdis. Irawan, D. Dan Surachman, M. 9ed) Prosiding Lokakarya Nasional Pengembangan Agribisnis Kerapu. Jakarta 28-29 Agustus 2001 : 133-139.
- Anonim, 1994. Budidaya Ikan Kerapu dalam Majalah Primadona. Edisi Februari, Jakarta ; 14-19.
- Bentley, N.1999. Fishing for solutions : Can the live Trade in The wild Groupers and Wrasses from Southeast Asia be Managed? SPC Live Reef Fish Information. Bulletin, 6:25-27.
- Chan.P.2000a. the Inustry Perspective: Wholesale And Retail Marketing Aspect Of The Hongkong Live Reef Food Fish Trade. SPC Live Reef Fish Information. Bulletin, 7:3-7.
- Chan.P.S.W.2000b. Current Status Of The Live Reef Trade Based In Hongkong. SPC Live Reef Fish Information. Bulletin, 7:8-9.
- Graham,T.2001. A Collaborative Strategy To Addres The Live Reef Food Fish Trade , Asia Pasific Coastal Marine Program,Report#0101,The Nature Conservancy.Honolulu,HI.USA.62p.
- Johannes, R.E. and M.Riepen.1995. Environmental, economic, and social implications of the live reef fish trade in Asia and the western Pasific. Report to the Nature Conservancy and teh Fisheries Forum Agency, 83p.
- Lau.P.P.F. and R. Parry-Jonnes.1999. The Hongkong trade in live reef fish for food. TRAFFIC East Asia and World Wide Fund for Nature. Hongkong.65p.
- Li, L.W.H. 2002. Current Status and Trend of Finfish Market in Hongkong. Makalah pada NACA GC 13 and Aquabiusiness Seminar. Pulau Langkawi, 15-19 Jan 2002.7p.
- Kriswantoro, M. Dan Y.A. Sunyoto, 1986. Mengenal Ikan Laut. Penerbit BP. Karya Bani, Jakarta.
- Prawiro, S. 2002. Live reef fish trade in Asia – update. Infofish International 6 (Nov/Des) ; 33-37.