Minggu, 26 Januari 2014

TEHNIK BUDIDAYA LELE SANGKURIANG


PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah. Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985.
      Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Namun demikian, perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding) dan seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Convertion Rate). Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBPBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele "Sangkuriang". Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.
1)      PEMBENIHAN
Pembenihan adalah suatu kegiatan usaha memproduksi benih ikan sampai ukuran benih siap tebar. Kegiatan pembenihan lele sangkuriang meliputi beberapa tahapan kegiatan, yaitu tahapan kegiatan pemeliharaan induk atau pematangan gonad, seleksi induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva dan pendederan.
a.       Pemeliharaan induk
            Pemeliharaan induk lele atau disebut juga pematangan gonad merupakan kegiatan pemeliharaan induk sampai induk matang gonad atau siap untuk dipijahkan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling penting. Pemeliharaan induk yang baik akan menentukan kualitas dan kuantitas (fekunditas) telur yang dihasilkan. Bila pemeliharaan induk dilakukan dengan baik maka perkembangan gonad pun akan baik dan kualitas telurnya juga baik.
            Dalam pemeliharaan induk, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti padat tebar induk, jenis pakan dan jumlah pakan yang diberikannya.
b.Persiapan wadah pemeliharaan
            Tahapan pemeliharaan induk diawali dengan persiapan wadah pemeliharaan induk. Induk lele sangkuriang ini dipelihara dalam bak beton  berbentuk persegi panjang dengan ukuran 600cm x 200cm x 150cm dan berjumlah 12 bak yang dibagian atasnya menggunakan kerangkeng serta dilengkapi dengan saluran pemasukan air (inlet) yang terbuat dari pipa PVC berukuran 2-3 inchi, dan saluran pengeluaran air (outlet) berukuran 4 inchi. Pemeliharaan induk lele sangkuriang dilakukan secara terpisah antara induk jantan dan induk betinanya berdasarkan kelompok generasi, karena untuk memudahkan dalam seleksi induk sekaligus untuk menghindari terjadinya kawin liar atau yang biasa disebut mijah maling. Dengan demikian kolam induk lele sangkuriang yang harus disiapkan minimal 2 buah kolam. Satu buah kolam induk untuk induk lele jantan dan satu buah untuk induk lele betina .

c. Penebaran induk
            Induk yang digunakan dalam kegiatan pembenihan adalah lele sangkuriang produk BBPBAT Sukabumi. Induk lele sangkuriang yang akan ditebar kedalam bak pemeliharaan induk diseleksi terlebih dahulu untuk mengetahui induk itu jantan dan induk betina. Selain itu, induk lele sangkuriang yang akan ditebar harus sehat, tidak cacat serta memiliki organ tubuh yang lengkap dan organ tubuh yang tidak rusak. Untuk membedakan induk jantan dan induk betina lele sangkuriang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan induk jantan dan induk betina
No
Kriteria
Induk jantan
Induk betina
1.
Genital pore
Memanjang
Membulat
2.
Perut
Ramping
Membesar
3.
Umur
Lebih dari 1 tahun
Lebih dari 8 bulan
4.
Tingkah laku
Lebih agresif
Kurang agresif
           
Gambar 5. Alat kelamin jantan dan betina
            Adapun kepadatan induk yaitu 5 ekor/ m2 atau 100 ekor induk dalam kolam berukuran 20 m2. Untuk memperoleh induk unggul dapat dilakukan dengan cara seleksi, atau melalui kawin silang balik (backcross) berdasarkan standar yang telah ditentukan.
1.Seleksi
            Tujuan utama kegiatan seleksi adalah untuk meningkatkan kualitas genetik dari keturunan spesies ikan yang ada. Kegiatan seleksi bertujuan untuk memperoleh induk atau calon induk ikan yang mampu menghasilkan keturunan, yang mempunyai kecepatan tumbuh dan kemampuan bertahan hidup serta tumbuh baik dalam lingkungan pemeliharaannya.
            Hardjamulia (1999), menjelaskan bahwa pengelolaan induk yang baik harus meliputi penyediaan kolam dengan kualitas air yang memadai, pemberian pakan dalam jumlah dan kualitas yang cukup serta berupaya memelihara keragaman genetiknya. Dalam hal menjaga kelestarian genetik adalah dengan cara melalui seleksi yang sesuai.
            Seleksi dilakukan mulai sejak fase telur, karena benih-benih ikan yang berasal dari telur yang berukuran besar mempunyai kecepatan pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan benih-benih yang berasal dari telur yang berukuran kecil. Karena cadangan makanan larva yang berasal dari telur yang berukuran besar lebih banyak daripada telur yang berukuran kecil. Seleksi selanjutnya dilakukan dengan cara memilih benih-benih calon induk yang mempunyai bentuk luar (phenotype) yang baik dan mempunyai keunggulan fisik seperti yang pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan benih lainnya, tubuh tidak cacat dan mempunyai sifat-sifat unggul dari induknya. Benih-benih yang telah terpilih selanjutnya dipelihara secara khusus dan terpisah untuk kemudian dijadikan calon induk.
2.Silang balik (backcross)
            Penurunan pertumbuhan dan kemampuan bertahan hidup dalam suatu populasi ikan dapat disebabkan oleh menurunnya kualitas genetik dari populasi ikan tersebut, yaitu dengan adanya perkawinan sekerabat. Untuk menahan laju penurunan tersebut dapat dilakukan dengan cara silang balik (backcross), yaitu mengawinkan induk yang ada saat ini dengan tetuanya yang masih memliliki keunggulan-keunggulan dari populasi ikan tersebut.
            Rustidja (1999), menjelaskan bahwa perbaikan mutu genetik lele dumbo dapat dilakukan dengan cara silang balik, yaitu dengan cara silang balik, yaitu dengan cara mengawinkan induk lele dumbo yang saat ini dengan tetuanya (generasi pertama hingga ketiga) dengan harapan dapat mendekatkan kembali variasi genetik yang dipunyai tetuanya, yang masih mempunyai keunggulan dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
d.      Pemberian Pakan
            Untuk memperoleh induk yang berkualitas baik, pakan yang diberikan pada induk lele sangkuriang harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya, karena pakan yang baik akan menentukan kecepatan pematangan gonad. Dalam hal ini manajemen pemberian pakan sangat menentukan keberhasilan pemeliharaan induk lele sangkuriang.
            Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kadar protein minimal 30% yang menunjukan bahwa pakan tersebut baik untuk diberikan ke induk. Karena protein akan digunakan untuk perkembangan telur, maka dengan kandungan protein yang tinggi dapat menyebabkan perkembangan telur berlangsung lebih cepat dan kualitas telur yang dihasilkan lebih baik. Pemberian pakan dilakukan secara abliditum dan dilakukan di dekat outlet agar makanan yang diberikan dapat termakan dan tidak banyak terbuang. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.
e. Pengelolaan Air
            Lele sangkuriang merupakan jenis ikan yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan kualitas air, karena pada umumnya golongan ikan dari spesies clarias ini memiliki alat nafas tambahan yaitu aborescent organ sehingga ikan ini dapat hidup pada perairan dengan kandungan oksigen yang sangat rendah karena dengan adanya organ tersebut  lele sangkuriang dapat  mengambil oksigen secara langsung dari udara.                               Air dalam kolam pemeliharaan induk harus mengalir secara terus-menerus (kontinyu) sehingga sirkulasi air dalam kolam berjalan baik dan kebutuhan oksigen bagi ikan  terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya.
f.   Seleksi Induk
            Induk lele sangkuriang yang akan dipijahkan harus diseleksi terlebih dahulu dengan cara memilih induk-induk betina dan jantan yang matang kelamin (gonad), karena kematangan kelamin induk sangat menentukan keberhasilan pemijahan dan merupakan syarat utama dalam pemijahan.
            Sebelum melakukan seleksi induk, sehari sebelumnya induk lele tidak boleh diberi makan atau harus dipuasakan, karena untuk menghindari induk stress pada waktu ditangkap dan untuk memudahkan dalam membedakan induk yang telah bertelur dengan induk yang perutnya penuh dengan makanan. Untuk memudahkan memilih dan menangkap induk maka terlebih dahulu kolam induk harus dikurangi volume airnya Penangkapan induk dilakukan secara hati-hati      
Gambar 6. Seleksi induk yang sudah matang gonad
            Adapun ciri-ciri induk lele sangkuriang yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah sebagai berikut.
v  Induk betina
1.Perut gendut dan terasa lembek bila diraba
2.Kloaka membengkak dan berwarna kemerahan
3.Bila di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya seragam
v  Induk jantan
1.Perutnya lebih tipis (langsing)
2.Ukuran 500-800 gram
3.Papila berwarna kemerahan dan panjangnya melewati pangkal sirip anus
Sifat spesifik dari induk jantan dan induk betina lele sangkuriang:
·     Induk betina mulai dapat dipijahkan setelah berumur 1 tahun atau minimal berbobot 0,7 kg - 1 kg.
·     Memiliki panjang standar 25-30 cm
·     Warna tubuh lebih terang
·     Gerakannya kurang agresif
·     Induk jantan mulai dapat dipijahkan setelah berumur 1 tahun atau minimal berbobot 0,5 kg – 0,8 kg.
·     Memiliki panjang standar 30-35 cm
·     Warna tubuh lebih gelap
·     Gerakannya lincah dan lebih agresif
            Induk lele sangkuriang yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik yaitu tidak terinfeksi penyakit dan parasit juga tidak memiliki luka akibat benturan (tidak cacat). Untuk menjaga kemungkinan induk jantan tidak ada spermanya pada saat dipijahkan, perlu ditangkap beberapa ekor induk jantan sebagai persediaan. Jika jumlah induk yang diperlukan sudah cukup, kolam diairi kembali sampai mencapai ketinggian semula. Kegiatan pematangan gonad dilanjutkan hingga seleksi induk tahap berikutnya. Sedangkan induk-induk yang telah terpilih dan ditampung dalam ember segera dipindahkan kedalam bak penampungan atau kedalam bak pemberokan
g.Pemberokan
            Pemberokan merupakan kegiatan menyimpan induk-induk yang berasal dari kolam pemeliharaan induk hingga menjelang induk disuntik untuk dipijahkan. Kegiatan ini dilakukan karena gonad induk masih banyak mengandung lemak. Kandungan lemak yang tinggi dapat menghambat keluarnya telur saat dipijahkan atau di streeping. Dengan diberok, kandungan lemaknya akan berkurang. Pemberokan bertujuan juga untuk memudahkan dalam membedakan induk yang gendut karena telur atau gendut karena makanan.
Yang harus diperhatikan dalam pemberokan, yaitu:
1.      Air harus bersih (tidak mengandung pakan) serta mengalir secara kontinyu agar ikan tidak mengalami stress dan oksigen dapat disuplai secara terus menerus.
2.      Induk tidak boleh diberi pakan tambahan agar kandungan lemaknya tidak bertambah.
3.      Pemberokan ini dilakukan minimal selama 12 jam.
            Untuk dapat meyakinkan induk telah matang gonad atau belum, induk-induk yang sudah diberok diseleksi kembali. Induk yang gendut akibat pakan biasanya perutnya akan kempes selama pemberokan. Sedangkan induk yang matang gonad perutnya tetap gendut.
Gambar 7. Bak pemberokan
h.Pemijahan
            Dalam pemijahan lele sangkuriang, pemijahan dapat dibedakan menjadi pemijahan secara alami dan pemijahan secara buatan. Pemijahan secara buatan, tidak memerlukan adanya wadah pemijahan.
            Pemijahan secara buatan atau yang lebih dikenal dengan istilah kawin suntik adalah suatu teknik memijahkan ikan dengan cara menyuntikan hormon tertentu kedalam tubuh ikan yang akan dipijahkan untuk merangsang induk tersebut mengeluarkan telurnya (ovulasi) kemudian dipijahkan secara  buatan. Jenis hormon yang  biasa dipergunakan untuk pemijahan buatan lele sangkuriang adalah hormon gonadotropin yang dipasaran dikenal dengan merk dagang ovaprim.
            Penyuntikan dilakukan satu kali yaitu pada malam hari tepatnya pukul 20.00 dengan dosis ovaprim 0,2 ml/kg induk. Langkah dalam pelaksanaan pemijahan secara buatan lele sangkuriang dengan menggunakan ovaprim sebagai hormon perangsangnya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui berapa banyak ovaprim yang akan digunakan, maka terlebih dahulu timbang induk yang akan dipijahkannya.
b.Jika induk lele sangkuriang betina yang akan dipijahkan beratnya 5 kg, sedangkan dosis penyuntikannya 0, 2 ml/kg induk, maka ovaprim yang dibutuhkan adalah sebanyak 5 x 0, 2= 1 ml.
c. Ovaprim yang akan disuntikan dicampur dengan aquabides atau NaCl 0,9 % agar ovaprim yang akan disuntikan seluruhnya masuk kedalam tubuh ikan pembagiannya merata sesuai beratnya.
d.      Jika jumlah induk yang akan dipijahkan sebanyak 5 ekor dengan berat rata-rata 1 kg, sedangkan ovaprim yang akan disuntikan sebanyak 1ml maka untuk mengencerkannya ditambah aquabides atau NaCl 0,9 % sebanyak 4 ml, sehingga jumlah cairan ovaprim menjadi 5 ml dan masing-masing induk lele disuntik dengan 1 ml ovaprim yang telah dicairkan.
e. Penyuntikan dilakukan satu kali secara intra muscular, yaitu pada bagian punggung ikan dengan menggunakan jarum suntik berukuran 0,12 ml sedalam 2 cm dengan kemiringan jarum 45˚.
Gambar 8. Penyuntikan dengan menggunakan ovaprim

f.    Induk yang telah disuntik selanjutnya disimpan dalam bak pemijahan/bak inkubasi.
i.        Pengeluaran (streeping) dan Pembuahan Telur
            Setelah induk lele sangkuriang disuntik dengan ovaprim, induk jantan maupun induk betina tetap dipisahkan dalam bak pemijahan masing-masing sambil menunggu saatnya ovulasi.
Wadah untuk penetasan telur menggunakan bak fiberglass. Air dalam bak penetasan disiapkan 1-2 hari sebelumnya dan diaerasi secara terus menerus.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan telur pembuahan buatan lele sangkuriang diantaranya adalah gunting bedah yang digunakan untuk membedah perut lele jantan yang akan diambil spermanya. Lambit / serokan dan handuk untuk menangkap dan membungkus induk pada saat streeping, baskom kecil untuk menampung telur yang dikeluarkan dari induk betina. Gelas ukur untuk mencampur sperma dan larutan NaCl 0,9% dan hapa yang dipergunakan sebagai substrat penempel telur sekaligus tempat penetasan telur dan tempat pemeliharaan larva. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah larutan NaCl 0,9% untuk mengencerkan sperma induk jantan.
            Sekitar 10-12 jam setelah penyuntikan diperkirakan induk betina sudah mencapai ovulasi dan siap untuk dikeluarkan. Sebelum melakukan pengurutan (streeping) untuk mengeluarkan telurnya, maka terlebih dahulu harus mempersiapkan sperma dari induk jantan. Karena sperma lele pada umumnya tidak bisa dikeluarkan dengan cara streeping karena pada bagian perut lele jantan terdapat organ yang bernama seminalis veticulata yang akan menghambat keluarnya sperma, sehingga sperma harus diambil dengan cara membunuh induk jantannya. Adapun cara mengeluarkan sperma lele sangkuriang adalah sebagai berikut :
a. Tangkap satu ekor induk jantan sangkuriang yang telah disiapkan, kemudian potong badannya secara vertikal kurang lebih 1 cm dibelakang ujung batok kepalanya.
b.Bedah bagian perut ikan dengan cara menggunting lurus kulit perut dari ujung anus kearah bagian kepala. Kemudian gunting menyilang kearah samping kiri kanan badan bagian dada sehingga membentuk hurup Y.
c. Angkat seluruh usus, kemudian diangkat sampai terlihat sepasang sperma yang menempel dibagian rongga perut.
d.      Angkat sperma tersebut kemudian diangkat lalu bersihkan dari darah yang menempel dengan menggunakan tissue kemudian siapkan larutan NaCl 0,9% dalam gelas ukur sebanyak 100-200 ml.
e. Gunting kantung sperma dibagian sisi kantong sperma kemudian celupkan kedalam larutan NaCl 0,9% sambil diperas untuk mengeluarkan cairan spermanya dalam larutan NaCl yang telah disiapkan kermudian aduk campuran cairan sperma tersebut.





































Gambar 9. Tahapan persiapan sperma induk jantan

            Setelah selesai melakukan persiapan sperma, selanjutnya adalah melakukan pengurutan telur (streeping). Langkah dalam mengeluarkan telur adalah sebagai berikut :
a. Sediakan wadah untuk menampung telur berupa baskom plastik yang telah dibersihkan dan pastikan baskom dalam keadaan kering.
b.Bak pemijahan induk betina disurutkan untuk memudahkan dalam penangkapannya.
c. Siapkan serokan dan handuk kering untuk membungkus induk pada saat streeping.
d.      Untuk melakukan streeping lele sangkuriang dilakukan oleh 2 orang. Satu orang untuk memegang bagian pangkal ekor, dan satunya untuk memegang bagian kepala dengan tangan kiri dan melakukan pengurutan dengan menggunakan tangan kanan.
e. Bagian perut diurut secara perlahan-lahan dari bagian depan kearah bagian kloaka dengan menggunakan jari tengah dan jempol, lalu telur yang keluar ditampung dalam baskom yang telah disiapkan.
f.    Setelah sebagian telur keluar, segera masukan sperma yang telah tercampur dengan larutan NaCl sedikit demi sedikit sambil diaduk.
g.Untuk meningkatkan fertilisasi (pembuahan), sebelum telur ditebar kedalam hapa penetasan, masukan dulu air bersih kedalam baskom yang berisi telur sambil terus diaduk dan sambil digoyang-goyang sampai merata. Pemberian air bersih ini diperlukan untuk mengaktifkan sperma, karena sperma dalam larutan NaCl belum aktif.
h.Buang air dan sperma yang ada dipermukaan telur dalam baskom, baru kemudian telur ditebar kedalam hapa penetasan yang telah disiapkan.









 












Gambar 10. Tahapan streeping hingga penebaran telur
j.  Penebaran dan Inkubasi Telur
            Telur yang sudah dibuahi oleh sperma disebar pada hapa yang telah disiapkan. Penebaran dilakukan secara merata dan diusahakan telur tidak menumpuk pada satu tempat atau beberapa tempat saja karena akan mengakibatkan telur menjadi busuk dan tidak menetas. Untuk itu, pada saat menebar buatlah gelombang kecil dalam bak penetasan dengan tangan pada saat telur ditebarkan kedalam air tetapi belum sampai tenggelam kedasar hapa. Gelombang tersebut akan menyebarkan telur secara merata keseluruh dasar hapa. Beberapa saat setelah penebaran telur dilakukan mulai dapat terlihat dengan jelas telur yang dibuahi berwarna hijau bening atau kuning kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih.
            Selama masa inkubasi, aerasi harus tetap jalan demikian juga air bersih tetap mengalir, dikarenakan agar kondisi air tetap baik kualitas maupun kuantitasnya. Telur lele sangkuriang akan menetas dalam waktu 30-36 jam pada suhu 22-25˚C, atau 24-28 jam pada suhu air 28-30˚C.
k.Penetasan telur
            Wadah yang dipergunakan dalam penetasan telur  di BBPBAT Sukabumi ini adalah menggunakan bak fiberglass yang memanjang, sehingga dapat untuk memasang 4 hapa dalam satu bak. Sedangkan substrat untuk menempelkan telur adalah hapa yang terbuat dari kain halus. Wadah penetasan harus dilengkapi dengan saluran pemasukan air yang terbuat dari pipa PVC ukuran I inchi yang diberi lubang 4 buah berdiameter 3-4 ml sesuai dengan letak hapa penetasan untuk menyalurkan air selama proses penetasan telur. Selain itu dipasang juga 4 titik aerasi disetiap hapa yang dilengkapi kran aerasi untuk pengaturannya. Hapa dipasang dengan menggunakan pemberat yang terbuat dari besi maupun pipa  agar tidak menggelembung kepermukaan air setelah berisi telur.
            Adapun langkah-langkah dalam persiapan bak penetasan telur adalah sebagai berikut:

1.Bak penetasan telur dicuci bersih dan dikeringkan.
2.Pasang hapa penetasan telur sekaligus dilengkapi dengan pemberatnya.
3.Pengisian air bersih kedalam bak penetasan sampai ketinggian 10 cm dibawah bibir bak.
4.Setelah itu, aerator dimasukan pada bak penetasan agar keperluan oksigen untuk larva dapat tercukupi.







Gambar 11. Fase lele sangkuriang pada stadia larva
l.  Pemeliharaan Larva
            Pemeliharaan larva merupakan kegiatan merawat benih-benih lele yang baru menetas (larva) sampai siap ditebar ke tempat pendederan. Kegiatan pemeliharan larva dilakukan dalam hapa penetasan sampai menjelang dipindahkan ke tempat pendederan.
            Larva lele sangkuriang dipelihara dalam hapa selama 4-5 hari. Selama pemeliharaan dalam hapa tidak perlu diberi pakan tambahan, karena pakan cadangan berupa kuning telur (yolk salk) dalam tubuh larva baru akan habis setelah berumur 4 hari sejak menetas. Secara morfologi, benih telah memiliki kelengkapan organ tubuh meskipun dalam ukuran yang sangat kecil dan berwarna lebih galap. Benih yang dipelihara belum terlihat alat kelaminnya, sehingga belum dapat dibedakan antara benih jantan dengan benih yang betina. Setelah benih larva telah berumur 5 hari selanjutnya benih ditebar pada bak pendederan atau benih dijual akan dijual kepada para pembudidaya ikan. Benih yang ditebar dalam kondisi sehat, hal ini dapat diketahui dari gerakannya yang lincah dan bersifat agresif terhadap makanan.
2)      PENDEDERAN
            Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih yang dilakukan untuk menghasilkan benih ukuran tertentu yang siap dibesarkan dikolam pembesaran. Pendederan lele sangkuriang dilakukan dalam tiga tahap pendederan, yaitu pendederan pertama (PI) selama 14-21 hari, pendederan ke dua (PII) selama 21-28 hari, dan pendederan ke tiga (PIII) selama 14-21 hari.
            Tujuan dilakukan pendederan secara bertahap adalah untuk menghasilkan benih-benih yang mempunyai keunggulan dari segi keseragaman umur dan ukuran, jumlah benih yang dihasilkan, serta rendahnya tingkat mortalitas pada setiap fase pertumbuhan. Selain itu pendederan ini dilakukan untuk mengantisipasi kejenuhan kolam dalam hal penyediaan lingkungan yang baik, serta penyediaan kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh benih untuk tumbuh dan berkembang.
a. Pendederan Pertama (PI)                
            Pendederan pertama adalah pemeliharaan larva lepas hapa yaitu larva yang baru berumur 5 hari sejak menetas. Hal yang harus diperhatikan dalam pendederan pertama ini adalah penyediaan makanan yang berkualitas, karena larva membutuhkan protein yang tinggi untuk pertumbuhannya. Pakan yang mengandung protein tinggi adalah pakan alami seperti daphnia, moina sp, artemia dan tubifek. Dari jenis pakan alami tersebut, artemia merupakan pakan yang sangat cocok untuk larva ikan setelah persediaan kuning telur dalam tubuhnya habis. Namun artemia ini harganya cukup mahal dan sulit diperoleh didaerah-daerah tertentu.
            Untuk itu lele sangkuriang dapat diberikan pakan dengan cacing tubifek, karena cacing ini sudah dapat termakan oleh larva lele, disamping itu cacing tubifek ini selain murah harganya juga murah  juga bisa didapat didaerah manapun. Pendederan pertama lele sangkuriang dilakukan dalam bak berukuran 2 x 1 x 1m.

1)      Persiapan bak
            Sebelum dipergunakan, bak dicuci bersih lalu dikeringkan selama satu hari. Pengisian air sebaiknya dilakukan minimal empat hari sebelum penebaran. Air yang digunakan bisa menggunakan air sumur, atau air pam yang telah diendapkan minimal 24 jam. Ketinggian air dalam bak sekitar 30-40 cm. pada hari kedua bak pendederan tersebut ditebari bibit pakan alami (plankton) yang berasal dari kotoran puyuh dan selanjutnya dibiarkan beberapa hari untuk memberi kesempatan pakan alami tumbuh dan berkembang biak.
2)      Penebaran Benih
            Penebaran benih dilakukan setelah benih dalam bak penetasan 4-5 hari. Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika suhu air dalam keadaan rendah. Padat penebaran benih sekitar 20-30 ekor/liter air, atau sekitar 16.000-18.000 ekor larva lele sangkuriang setiap bak ukuran 2 x 1 meter dengan ketinggian air 30 cm.
3)      Pemeliharaan
            Agar media pemeliharaan lele tidak cepat kotor, sebaiknya selama pemeliharaan benih diberikan pakan alami cacing tubifek. Pakan diberikan secara abliditum, yaitu sekenyang-kenyangnya.
            Pemeliharaan lele sangkuriang dalam PI selama 14-21 hari setelah itu dipanen.  Pemanenan sebaiknya dilakukan pada saat suhu rendah yaitu pagi atau sore hari. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi tingkat stress pada benih yang dipanen dan mengurangi kematiannya akibat fluktuasi suhu. Teknik pemanenan benih dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
·         Air disurutkan sampai ketinggian 10-20 cm. Sambil menunggu surut, penangkapan benih pun telah dapat dilakukan agar saat kering sisa ikan yang dipanen tinggal sedikit.
·         Bila air kolam telah surut, benih ditangkap dengan menggunakan sekupnet. Benih ditampung dalam ember, kemudian sedikit demi sedikit dipindah kedalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen.
·         Sebelum benih dipindahkan, langkah selanjutnya adalah penanganan benih yang meliputi seleksi benih dan penghitungan benih. 

1.Seleksi Benih
           Seleksi benih dilakukan untuk memisahkan antara benih yang berukuran besar dengan benih yang berukuran kecil. Masing-masing ditampung dalam bak yang berbeda. Pemisahan benih berdasarkan ukuran tersebut mempunyai tujuan agar dalam satu kolam hanya berisi benih yang berukuran seragam sehingga tidak ada persaingan dalam makanan. Seleksi benih lele sangkuriang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu seleksi secara manual dan seleksi dengan menggunakan alat.

a)Seleksi secara manual
            Seleksi manual artinya menyeleksi benih tanpa menggunakan alat atau hanya dengan menggunakan tangan saja. Cara ini efektif digunakan bila jumlah benihnya sedikit. Bila benihnya banyak, cara ini kurang praktis karena akan memerlukan banyak waktu dan tenaga.
            Cara seleksi manual dilakukan dengan cara, benih ditangkap dengan menggunakan sekupnet halus, kemudian diletakkan di dalam wadah yang sudah ada airnya, tangan kiri memegang gagang sekupnet dan tangan kanan memilih ikan, benih berukuran besar langsung dimasukan ke bak lain.
b)      Seleksi dengan menggunakan alat
            Alat yang biasa digunakan adalah baskom grading yang terbuat dari plastik dengan ukuran lubang tergantung dari ukuran benih. Untuk benih hasil dari pemeliharaan larva, digunakan mess berukuran 1 cm. Cara ini dapat dilakukan baik untuk benih dalam jumlah banyak maupun sedikit. Seleksi dengan alat mudah dilakukan serta tidak memerlukan banyak waktu dan tenaga.


 





Gambar 12. Baskom grading
            Cara seleksi dengan menggunakan alat yaitu benih ditangkap dengan sekupnet. Jumlah benih yang diambil jangan terlalu banyak agar benih tidak rusak. Baskom grading diletakan dalam bak lain yang telah berisi air dan belum ada ikannya. Masukan benih kedalam baskom grading dan biarkan beberapa saat. Benih yang berukuran kecil akan keluar dengan sendirinya. Sedangkan benih yang berukuran besar akan tertampung dalam baskom grading, kemudian dimasukan ke dalam bak lain.
2.Penghitungan benih
            Benih dihitung setelah diseleksi. Tujuannya untuk mengetahui jumlah benih yang dihasilkan selama pemeliharaan. Menghitung benih lele hasil dari kolam pemeliharaan larva dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu penghitungan langsung dan penghitungan volumetric.
a)Penghitungan langsung
            Penghitungan langsung adalah cara menghitung benih dengan menggunakan tangan. Caranya, benih ditangkap dengan sekupnet, kemudian dimasukan pada wadah yang telah diisi air. Benih dihitung per lima dengan menggunakan centong dan dipindahkan ke dalam wadah lain yang telah diisi air.
Gambar 13. Penghitungan larva secara langsung

b)      Penghitungan volumetrik
            Penghitungan volumetrik didasarkan pada volume atau isi benih yang ada. Penghitungan cara ini sangat cocok untuk benih yang berjumlah banyak karena tidak memerlukan banyak tenaga dan waktu. Cara penghitungan volumetrik adalah sebagai berikut. Ambilah beberapa sampel benih dengan menggunakan alat yang masing-masing volumenya sama, misalnya 1 gelas. Masing-masing sampel dihitung jumlah benihnya, kemudian hasilnya dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah sampel. Setelah itu, akan ditemukan jumlah rata-rata benih dalam 1 gelas. Bila sudah diketahui jumlahnya, ambilah benih seluruhnya secara bertahap dengan menggunakan gelas.
b.Pendederan Kedua (PII)
            Pendederan dua merupakan kegiatan pemeliharaan benih yang berasal dari tempat pemeliharaan PI yang dipelihara selama 14-21 hari dan berukuran 2-3 cm. Pada dasarnya tahapan kegiatan atau prosedur pengelolaan kolam PI dengan P II adalah sama. Perbedaan kegiatan pendederan pertama dengan pendederan kedua, hanya terletak pada :
1.      Padat penebaran di kolam P II sebanyak 100-150 ekor/m2.
2.      Pemberian pakan tambahan,berupa pellet tepung pada minggu pertama dan kedua dan pellet butiran berdiameter 1 mm pada minggu ketiga.
3.      Lama pemeliharaan selama 21-28 hari
4.      Benih ukuran panen 5-6 cm

c. Pendederan Ketiga (PIII)
            Pendederan tiga adalah kegiatan pemeliharaan benih yang berasal dari tempat pemeliharaan P II yang dipelihara selama 21-28 hari, dari ukuran 2-3 cm sampai dengan ukuran 5-6 cm. Pada dasarnya tahapan kegiatan atau prosedur pengelolaan kolam PI , P II dan P III adalah sama. Perbedaan kegiatan pendederan pertama, pendederan kedua dan pendederan ketiga hanya berbeda dalam :
1.      Padat penebaran, padat penebaran di kolam PIII sebanyak 75-100 ekor/m2.
2.      Pemberian pakan tambahan sebanyak 5-10% bobot biomass/hari dengan frekuensi pemberian dua kali/hari berupa pellet butiran berdiameter 1 mm.
3.      Lama pemeliharaannya selama 14-21 hari
4.      Benih ukuran yang dipanen 7-8 cm

3)      PEMBESARAN
            Pembesaran ikan lele merupakan tahap pemeliharaan dari hasil pendederan untuk menghasilkan ikan lele ukuran konsumsi. Pada tahap pembesaran ini, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah konstruksi kolam karena sifat ikan lele sangkuriang yang suka melompat keluar kolam.  Pada proses pembesaran harus disertai dengan pemberian pakan tambahan untuk mempercepat proses produksi.
            Di BBPBAT Sukabumi pembesaran ikan lele sangkuriang dipelihara dalam kolam beton dengan sistem pemeliharaan secara intensif, karena kebutuhan makanan untuk ikan hampir seluruhnya menggunakan pakan buatan. Ukuran kolam beton tidak terlalu besar dengan konstruksi dinding berukuran kecil dan berbentuk vertikal. Langkah-langkah kegiatan dalam pembesaran lele sangkuriang secara intensif dalam kolam beton antara lain, persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan, pengontrolan, panen dan pasca panen.
a. Persiapan kolam
            Sebelum kolam dipergunakan, kolam harus dibersihkan dari lumpur dan semua kotoran yang menempel pada dinding kolam. Untuk membunuh bibit bakteri dan penyakit yang menempel pada dinding dan dasar kolam dapat disucihamakan dengan cara dikapur selama beberapa hari. Pengisian air dilakukan 1-2 hari sebelum penebaran. Air yang digunakan adalah air sungai yang mengalir ke tiap-tiap kolam. Ketinggian air dalam kolam sekitar 2/3 bagian atau 4/5 bagian dari kedalaman kolam.
b.Penebaran benih
            Penebaran benih dilakukan setelah kondisi kualitas air dalam kolam stabil. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari ketika suhu air dalam keadaan rendah dan dilakukan aklimatisasi suhu untuk menghindari benih ikan stress. Ukuran benih yang akan dibesarkan minimal 7-8 cm atau sudah bisa memakan pelet. Padat penebaran benih sekitar2, atau sekitar 5.000 - 10.000 ekor benih dalam kolam ukuran 5 x 10 meter dengan ketinggian air 80 cm.
c. Pemeliharaan
            Pemberian pakan dilakukan mulai hari kedua setelah penebaran, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah makanan yang tidak termakan karena setelah penebaran ikan masih dalam keadaan stress. Pemberian pakan dilakukan secara adlibitum yaitu segera dihentikan apabila ikan sudah terlihat kenyang. Frekuensi pemberian makanan dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Jumlah pakan yang harus dihabiskan selama pemeliharaan tergantung pada target produksi yang akan dicapai, dengan berpatokan pada koversi pakan pembesaran lele sangkuriang adalah 0,8 - 1 yaitu setiap 0,8 - 1 kilogram pakan yang dihabiskan akan menambah bobot ikan sebanyak 1 kg. Jadi bila jumlah tebar lele sebanyak 10.000 ekor, dengan target produksi ikan konsumsi ukuran 9-10 ekor/kg, maka pakan yang harus disediakan kurang lebih sebanyak 1000 kg.
d.      Pengontrolan
            Pengontrolan terhadap kondisi kolam, pengairan, ikan peliharaan dan keamanan lingkungan perlu dilakukan setiap hari. Air yang masuk ke kolam harus kontinyu dengan debit air sekitar 2-3 liter/detik. Kontinuitas aliran air harus diperhatikan agar kualitas air kolam pemeliharaan kolam tetap terjaga terutama oksigen terlarut. Karena kecukupan oksigen akan sangat berpengaruh terhadap nafsu makan ikan peliharaan. Kondisi kesehatan ikan juga harus selalu dikontrol agar bila ada yang terlihat sakit dapat segera ditangani baik dengan pencegahan maupun pengobatan.
e.  Panen
            Masa pemeliharaan lele sangkuriang dikolam pembesaran ini sekitar 2,5 - 3 bulan atau setelah lele mencapai ukuran 9-10 ekor/kg. Pemanenan lele dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara perlahan-lahan. Saluran pemasukan air ditutup sedangkan saluran pengeluaran yang terletak di dasar kolam dibuka, dengan demikian permukaan air dalam kolam akan menurun secara perlahan-lahan dan ikan akan berenang menuju kebagian kolam yang masih berair. Setelah mencapai ketinggian 10-20 cm dari dasar kolam lele mulai ditangkap sedikit demi sedikit dengan menggunakan lambit. Lele yang sudah tertangkap dimasukkan ke dalam ember kemudian ditampung dalam hapa.


 


Gambar  14. Pemanenan lele sangkuriang
 
 

4)      PEMASARAN
Pada kegiatan pemasaran, konsumen dapat membeli lele sangkuriang dalam ukuran benih 0,5 cm yang sudah berumur 5-6 hari dengan harga Rp. 30,- /ekor. Benih yang dihasilkan dijual kepada para pembudidaya ikan lele sangkuriang di daerah kabupaten Sukabumi, Cianjur, Bogor dan luar Provinsi Jawa Barat. Ataupun konsumen dapat membeli lele sangkuriang yang sudah menjadi calon induk yang kemudian dapat dibenihkan. Namun calon induk dijual dengan sistem paket, dimana satu paket terdiri dari 5 ekor betina dan 10 ekor jantan dengan harga Rp. 500.000,- /paket. Umumnya pembeli datang langsung ke BBPBAT Sukabumi, namun untuk pembelian skala besar benih dapat diantar langsung ke alamat pembeli.

5)      ANALISA USAHA
·         Pembenihan
Analisa Usaha Pembenihan diperhitungkan selama 1 tahun periode proses produksi. Setiap proses produksi memerlukan waktu selama 3 bulan yang meliputi persiapan, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva selama 4 hari dan pemeliharaan pada Pendederan I selama 21 hari, Pendederan II selama 21 hari dan Pendederan III selama 21 hari.
-       Asumsi
a.       Setiap 1 kg induk menghasilkan telur (fekunditas) sebanyak 60.000 butir.
b.      Derajat penetasan telur 90% dan SR pada setiap pendederan sebanyak 80%
A.    Biaya
1.      Biaya Investasi ( biaya tetap )
No
Jenis
Harga
Usia (tahun)
Penyusutan 1 periode
1
1 bak penetasan fyber
5,000,000
10
42,000
2
1 bak penampungan cacing tubifek
250,000
5
4,200
3
1 high blow
2,000,000
2
84,000
4
1 pompa air
800,000
2
34,000
5
4 hapa penetasan
400,000
1
34,000
6
1 paket induk lele
500,000
1
42,000
7
1 tabung oksigen
500,000
5
8,400
8
1 set peralatan pembenihan
500,000
1
4,200
Jumlah
9,950,000

290,600

2.      Biaya Operasional ( biaya variabel )
a.       Pakan induk 50 kg @ Rp. 4.500,-                                    Rp. 225.000,-
b.      Ovaprim                                                                            Rp. 150.000,-
c.       Obat-obatan                                                                      Rp. 100.000
d.      Pakan larva 5 kg @ Rp. 6.000,-                            Rp. 30.000,-
e.       Pupuk kandang 1 karung @ Rp. 6.500,-              Rp. 6.500,-
f.       Pakan benih 300 kg @ Rp. 5.000,-                                   Rp. 1.500.000,-
g.      Tenaga kerja 2 orang @ Rp. 500.000,- x 3 bln     Rp. 3.000.000,-
h.      Instalasi listrik                                                                   Rp. 100.000,-
i.        Isi ulang gas oksigen                                                         Rp. 200.000,-
j.        Perlengkapan penyuntikan                                                Rp. 50.000,-
k.      Perlengkapan packing                                                       Rp. 100.000,-_+
Jumlah                                                                             Rp. 5.461.500,-

3.      Biaya Total
Biaya total                   = Biaya tetap + Biaya operasional
                                     = Rp. 290.600,- + Rp. 5.461.500,-
                                     = Rp. 5.752.100,-
Biaya variable / ekor = Biaya variable / Jumlah produksi
                                     = Rp. 5.461.500,- / 221.184 ekor
                                     = Rp. 24,69,-
B.     Penerimaan dan Laba
-       Penerimaan
Penerimaan                   = Volume produksi x Harga jual
                                     = 221.184 ekor x Rp. 85,-
                                     = Rp. 18.800.640,-
-       Laba
a.       Laba operasional         = Penerimaan – Biaya operasional
                                     = Rp. 18.800.640,- – Rp. 5.461.500,-
                                     = Rp. 13.339.140,-
b.      Laba per periode         = Penerimaan – Biaya total
 = Rp. 18.800.640,- – Rp. 5.752.100,-
 = Rp. 13.048.540,-
c.       Laba per tahun            = Laba per periode x 12 periode
                                     = Rp. 13.048.540,- x 12 periode
                                     = Rp. 156.582.480,-

C.     Analisa Kelayakan Usaha
-       Cash flow        = Laba bersih per tahun + Modal investasi
            = Rp. 156.582.480,- + Rp. 9.950.000,-
            = Rp. 166.532.480,-
           Artinya, arus uang yang keluar masuk pada usaha pembenihan lele sangkuriang ini senilai Rp. 166.532.480,- per tahun
-       RC Ratio         R/C = Total pendapatan
                           Total biaya
                  = Rp. 18.800.640,-
                        Rp. 5.752.100,-
                  = Rp. 3,26,-
            Artinya, besar nilai R/C ratio 3,26 berarti setiap rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 3,26,-
-       Payback period           = Total investasi
                            Laba usaha
                        = Rp. 9.950.000,-
                         Rp. 156.582.480,-
                        = 0,063
            Artinya, besarnya nilai payback 0,063 berarti dalam jangka waktu 0,063 tahun (0,76 bulan) modal usaha yang diinvestasikan pada usaha pembenihan lele sangkuriang ini akan kembali
-       Break Event Point (BEP)       

1.   BEP Harga Produksi          =    Biaya total
                                            Jumlah produksi



= Rp. 5.752.100,-
                                            Rp. 221.184 ekor
= 26,01
Artinya, nilai BEP harga produk 26,01 berarti titik impas pada usaha pembenihan lele sangkuriang ini akan tercapai dengan harga jual benih lele sangkuriang ukuran 7-8 cm Rp. 26,01,-
2.      BEP Volume produksi      =            Biaya total
  Harga jual per unit – Biaya variable per unit
            =        Rp. 5.752.100,-
               Rp. 85,- – Rp. 24,69,-
            = 95.375
Artinya, nilai BEP volume produksi 95.375 berarti titik impas pada usaha pembenihan lele sangkuriang ini akan tercapai pada saat produksi benih lele sangkuriang terjual sebanyak 95.375 ekor

·         Pembesaran
Analisa Usaha pembesaran lele sangkuriang diperhitungkan selama 3 bulan periode proses produksi meliputi persiapan kolam selama 1 minggu dan sisanya pemeliharaan ikan sampai ukuran konsumsi.

-       Asumsi
a.       Usaha pembesaran secara intensif
b.      Derajat SR 90%
c.       Jumlah benih 49.767 ekor
A.   Biaya
1.      Biaya Investasi (biaya tetap)
No
Jenis
Harga
Usia (tahun)
Penyusutan 1 periode
1
12 bak beton
50,000,000
20
625,000
2
1 set alat produksi
1,000,000
1
250,000
Jumlah
51,000,000

875,000

2.      Biaya Operasional (biaya variable)
a.       Pakan 4.977 kg @ Rp. 5.000,-                                    Rp. 24.885.000,-
b.      Tenaga kerja 1 orang @ Rp. 500.000,- x 3 bln           Rp. 1.500.000,-_+
Jumlah                                                                             Rp. 26.385.000,-

3.      Biaya Total
Biaya total                   = Biaya tetap + Biaya operasional
                                     = Rp. 875.000,- + Rp. 26.385.000,-
                                     = Rp. 27.260.000,-
Biaya variable / ekor = Biaya variable / Jumlah produksi
                                     = Rp. 26.385.000,- / 4.977 kg
                                     = Rp. 5.301,-

B.   Penerimaan dan Laba
-       Penerimaan
Penerimaan                   = Volume produksi x Harga jual
                                     = 4.977 kg x Rp. 8.000,-
                                     = Rp. 39.816.000,-
-     Laba
a.       Laba operasional              = Penerimaan – Biaya operasional
                                     = Rp. 39.816.000,- – Rp. 26.385.000,-
                                     = Rp. 13.431.000,-
b.      Laba per periode               = Penerimaan – Biaya total
 = Rp. 39.816.000,- – Rp. 27.260.000,-
 = Rp. 12.556.000,-
c.       Laba per tahun                              = Laba per periode x 4 periode
                                     = Rp. 12.556.000,- x 4 periode
                                     = Rp. 50.224.000,-
C.   Analisa Kelayakan Usaha
-       Cash flow        = Laba bersih per tahun + Modal investasi
            = Rp. 50.224.000,- + Rp. 51.000.000,-
            = Rp. 101.224.000,-
            Artinya, arus uang yang keluar masuk pada usaha pembenihan lele sangkuriang ini senilai Rp. 101.224.000,- per tahun
-       RC Ratio         R/C = Total pendapatan
                             Total biaya
                     = Rp. 50.224.000,-
                          Rp. 27.260.000,-
                     = Rp. 1,84,-
            Artinya, besar nilai R/C ratio 1,84 berarti setiap rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,84,-
-       Payback period           = Total investasi
                            Laba usaha
                        = Rp. 51.000.000,-
                           Rp. 50.224.000,-
                        = 1,015
            Artinya, besarnya nilai payback 1,015 berarti dalam jangka waktu 1,015 tahun (12,8 bulan) modal usaha yang diinvestasikan pada usaha pembenihan lele sangkuriang ini akan kembali
-       Break Event Point (BEP)       
1.      BEP Harga Produksi         =     Biaya total
                                             Jumlah produksi
                                           = Rp. 27.260.000,-
                                                     4.977 kg
= 5.477
Artinya, nilai BEP harga produk 5.477 berarti titik impas pada usaha pembenihan lele sangkuriang ini akan tercapai dengan harga jual benih lele sangkuriang ukuran 7-8 cm Rp. 5.477,-
2.      BEP Volume produksi      =                             Biaya total
                 Harga jual per unit – Biaya variable per unit
            =                         Rp. 27.260.000,-
                                 Rp. 8.000,- – Rp. 5.301,-
            = 10.100 kg
Artinya, nilai BEP volume produksi 10.100 berarti titik impas pada usaha pembenihan lele sangkuriang ini akan tercapai pada saat produksi benih lele sangkuriang terjual sebanyak 10.100 kg




Tidak ada komentar: